Edisi Spesial Ramadhan: Milad Al Azhar ke-1082 Vol. 09
Nuzulul_Qur’an merupakan sebuah persitiwa yang bersejarah bagi umat Islam. Tentu kita sebagai seorang muslim sering memperingati persitiwa tersebut dengan berbagai macam kegiatan, seperti; membaca Al-qur’an, Shalawatan, qasidahan, pengajian, pentas seni, tasyakuran dan lain-lain. Hal ini merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap malam tersebut dengan esensi memperingati suatu hal yang menakjubkan dan sulit diterima akal pada zaman itu, serta mengajarkan kepada anak cucu kita betapa agungnya kitab suci yang selalu kita baca setiap saat yaitu Al-Quran. Juga, agar mereka lebih mengerti tentang sejarah umat Islam terkhusus pada malam Nuzulul Qur’an.
Adapun secara makna, Nuzulul Qur’an terdiri dari kata nuzul dan Al-qur’an yang berbentuk idhafah. Penggunaan kata nuzul dalam istilah nuzulul Qur’an (turunnya Al-Quran) tidaklah dapat kita pahami maknanya secara harfiah, yaitu menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, sebab Al-Quran tidaklah berbentuk fisik atau materi, tetapi pengertian nuzulul qur’an yang dimaksud adalah pengertian majazy, yaitu penyampaian informasi langit (wahyu) kepada Nabi Muhammad Saw. dari alam gaib ke alam nyata melalui perantara malakikat Jibril As.
Jika dilihat dari sisi sejarahnya, Nuzulul Qur’an adalah fenomena langka yang dialami oleh baginda Rasulullah Saw. ketika awal perjalanan beliau menjadi seorang nabi dan rasul. Tentu sering sekali kita mendengar cerita tentang turunnya wahyu bukan? Yang di mana ketika Muhammad Saw. berumur 40 tahun dan keadaan kota Makkah saat itu mulai terkontaminasi kemaksiatan dan kebiasaan-kebiasaan jahiliyyah yang sangat melenceng dari millah nabi Ibrahim As. sehingga membuat Nabi Saw. merasa resah dan risau akan moral penduduk di sekitarnya. Maka, saat masa kekosongan nabi inilah (fatrah) Nabi Saw. mulai merenungi keagungan Tuhan yang telah menciptakan segala apa yang ada di langit dan di bumi, serta bertafakkur tentang segala moralitas dan kelakuan umat akhir zaman ini.
Nabi Saw. mulai menyendiri atau uzlah atau khalwat di gua Hira’ yang terletak di barat daya kota Makkah. Beliau terus bertafakkur, berteman dengan sunyi, mentadabburi ciptaan-Nya agar hati terus terhubung dengan Sang Illahi. Berhari-hari, bahkan Nabi Saw. membersihkan hati dan nurani di sana, hingga sang istri; sayyidah Khadijah hampir setiap hari membawakan bekal untuk suami tercinta. Meski pada akhirnya, tidak jarang pula beliau membagikan bekal makanannya kepada orang-orang di sekitar area tersebut.
Di suatu malam ketika Nabi Saw. bermunajat dan bertafakkur, muncullah suara dari langit yang dimana suara itu berasal dari pancaran cahaya putih terang bersinar di atas sebuah kursi singgahsana yang seketika membuat beliau bergetar dengan tetap menatap ke atas langit. Yang tak lain cahaya tersebut adalah malaikat Jibril As. yang diutus Allah Saw. untuk menyampaikan sebuah wahyu suci kepada Muhammad Saw.
Jibril pun berkata, “Bacalah…”
Nabi menjawab, “Aku tidak bisa membaca”,
Dialog tersebut terus berulang sampai turunlah surah Al-Alaq ayat 1 – 5, malaikat Jibril membacakan dan Muhammad Saw. mengikuti apa yang disampaikan.
Bergetarlah tubuh nabi dengan penuh keringat serta ketakutan, kemudian pulanglah beliau ke rumahnya dan menyuruh Khadijah ra. untuk menyelimutinya seraya berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.”
Nabi Saw. berfikir bahwa akan ada malapetaka bagi dirinya, lalu Khadijah pun menenangkannya seraya mengakatan, “Sekali-kali tidak, Allah Saw. tidak akan pernah menghinakanmu selamanya.”
Keesokan harinya, datanglah Waraqah bin Nauval bin Asad bin Abdul Uzza menemui Nabi Saw. dan memintanya untuk menceritakan apa saja yang dilihat. Sungguh suatu kejadian yang mulia, adalah benar bahwa yang datang itu adalah Jibril yang diutus Allah Swt. kepada setiap nabi-Nya seperti halnya Musa dan Isa.
Dari sinilah titik awal bermulanya ajaran Islam muncul dengan sesuci-suci kitab dan seagung-agung manusia. Di malam itulah diturunkan Al-Qur’an tepat pada 17 Ramadhan dan bertepatan pada malam Lailatul Qadar atau malam seribu bulan dimana pada malam itu, ribuan malaikat turun ke bumi memburu untuk manyampaikan doa orang-orang shalih yang bermunajat dan melontarkan doa ke langit. Maka, di dalam nuzulul qur’an terdapat banyak pelajaran yang dapat kita jadikan ibrah untuk direnungkan dan sirah untuk diambil hikmahnya, terutama di bulan yang suci yaitu bulan Ramadhan Mubarak (Fajar Ilman Nafi’/ Mahasiswa Universitas Al Azhar Jurusan Bahasa Arab)