(Edisi Spesial Ramadhan Vol. 01)
Matahari telah tenggelam dan bulan mulai melukiskan keindahannya di langit. Tarawih pertama telah didirikan memulai rentetan keberkahan bulan suci Ramadhan. Seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia menyambut hangat dengan gegap gempita kebahagiaan. Selamat datang bulan yang dirindukan, selamat datang bulan yang penuh berkah, selamat datang bulan Ramadhan.
Sebuah kesyukuran untuk kita semua masih diberikan kenikmatan untuk beribadah di bulan suci ini. Dengan segala keterbatasan akibat pandemi Covid-19, tidak menghalangi kerinduan sang hamba untuk meraup berkah sebanyak-banyaknya. Sehingga, menaati protokol kesehatan dan menjaga asupan gizi adalah bentuk ikhtiar untuk mencapai kesempurnaan ibadah.
Bulan Ramadhan menjadi saat yang selalu dinanti-nanti bagi setiap muslim karena berbagai keutamaan dan keberkahan di dalamnya. Banyak orang berlomba-lomba untuk bersedekah, seperti menyediakan hidangan berbuka, bingkisan Ramadhan, hingga uang tunai. Tidak jarang pula para pedagang menutup tokonya agar lebih fokus beribadah. Juga majelis-majelis ilmu yang semakin ramai menambah keindahan nuansa Ramadhan.
Patutlah setiap muslim berbahagia dan bersemangat di bulan Ramadhan. Sebab, Allah Swt. melipatgandakan pahala setiap ibadah. Dimulai dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali ibadah puasa yang pahalanya tidak terbatas bilangan apapun. Abu Hurairah pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
كل عمل ابن آدم له، الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف، قال الله عز وجل: إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به، إنه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي، للصائم فرحتان: فرحة عند فطره وفرحة عند لقاء ربه، ولخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك. (متفق عليه)
“Setiap amalan anak Adam miliknya, setiap kebaikan dibalas sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat (pahala). Allah Swt. Berfirman: ‘Kecuali puasa, sesungguhnya ia milik-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan ganjarannya. Sesungguhnya ia telah meninggalkan syahwatnya, makanannya, dan minumannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa, ada dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya. Dan aroma mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah Swt. daripada wangi minyak kasturi.” (HR. Bukhari-Muslim)
Keistimewaan Bulan Ramadhan
Ramadhan menjadi momen yang begitu istimewa dengan diwajibkannya berpuasa satu bulan penuh. Puasa adalah ajang melatih diri untuk sabar dan dapat mengendalikan hawa nafsu. Yang mana, pada dasarnya makan, minum, dan syahwat adalah hal yang diperbolehkan dalam syariat. Namun dengan berpuasa, Allah Swt. ingin hamba-Nya ikhlas atas apa yang telah disyariatkan dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan. Beberapa ulama menyampaikan keistimewaan Ramadhan dalam dua poin utama sebagaimana berikut.
Pertama, puasa adalah satu-satunya ibadah yang dilakukan dengan meninggalkan segala bentuk hawa nafsu seperti makan, minum, dan syahwat. Meninggalkan hal-hal tersebut tidak ada dalam ibadah lain kecuali puasa.
Ketika berihram misalnya, setiap muslim dilarang untuk berhubungan suami-istri dan memakai wewangian, tetapi diperbolehkan untuk makan dan minum. Ketika mendirikan sholat, ia wajib menahan semua hawa nafsunya seperti puasa. Namun, tidak dalam durasi yang lama sebagaimana halnya puasa.
Kedua, ibadah puasa merupakan ibadah yang diklaim khusus oleh Sang Pencipta sebagai milik-Nya. Puasa adalah rahasia antara Tuhan dan hamba. Sebab, ibadah tersebut dapat dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tanpa diketahui selain keduanya. Dengan begitu, seorang hamba dapat menjaga hatinya dari sifat pamrih dan riya’.
Sesungguhnya Allah Swt. mencintai hamba-Nya yang menemui-Nya secara diam-diam. Dan orang yang mencintai-Nyapun akan senang melakukannya secara rahasia sehingga orang-orang tidak melihat kemesraan dirinya dengan Tuhannya.
Tenggelam dalam Cinta Ilahi
Tidak ada setetes air yang melewati kerongkongan semenjak fajar terbit hingga matahari kembali ke peraduannya. Pada hakikatnya, puasa tidaklah sekadar menahan lapar, dahaga, dan syahwat. Meski demikian, ia adalah nafsu terberat yang manusia selalu condong kepadanya.
Puasa adalah bahasa cinta antara Tuhan dan hamba. Demi keridaan Tuhan, seorang hamba harus menahan diri dari kenikmatan makan, minum, dan berhubungan suami-istri. Yang mana hal itu dapat membawa dirinya kepada kelalaian, keangkuhan, dan kejahatan. Selain itu, hawa nafsu dapat mengeraskan hati dan membutakan hamba dari ibadah. Maka ketika sang hamba sudah terlepas dari belenggu hawa nafsunya, hatinya menjadi luluh dan lembut. Seketika itu ia berhasil membebaskan hatinya untuk berpikir jernih dan berzikir kepada Allah Swt.
Di lain sisi, puasa mendikte hamba betapa besar cinta yang diberikan Allah Swt. untuk mencukupi kebutuhannya, yang tidak semua orang beruntung mendapatkannya. Kehidupannya jauh lebih beruntung dibanding fakir miskin yang tidak bisa makan, minum, bahkan menikah karena tidak ada biaya. Maka sepatutnya, setiap muslim selalu bersyukur, mengasihi saudaranya, dan ringan tangan membantu sesamanya yang sedang kesusahan.
Layaknya hubungan asmara, setan selalu datang mencoba memisahkan sepasang kekasih. Namun usahanya terhalangi oleh puasa yang merupakan perisai yang menjaga hubungan Tuhan dan hamba. Sebab, menahan diri dari makan, minum, dan syahwat dapat mengecilkan pembuluh darah yang menjadi celah bersarangnya setan. Maka, kandaslah segala usaha setan menggoda hamba, melalaikannya dari ibadah, dan membisikkan hawa nafsu serta amarah.
Setiap detik di bulan Ramadhan, baik siang ataupun malamnya merupakan waktu-waktu yang spesial untuk setiap muslim. Sembah sujud berlinang air mata memohon ampunan Rabbnya. Serta duduknya bersimpuh dengan perut kosong penuh harap akan rahmat dan karunia-Nya. Atas izin Allah Swt. Dia menjadikan Ramadhan penuh dengan keberkahan. Melipatgandakan pahala hamba-Nya yang berusia singkat dengan wasilah Ramadhan yang mulia. (Nusaibah Masyfu’ah / Mahasiswi Universitas Al-Azhar Jurusan Syariah wal Qanun)
Oleh : Nusaibah Masyfu’ah