(Edisi Spesial Ramadhan: Milad Al-Azhar ke-1082 Vol. 07)
Tahukah kamu bahwa Al-Azhar menyebarkan risalah perdamaian ke penjuru dunia? Pada tahun 2018 Grand Syekh memberikan perhatian yang sangat besar bagi Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar. Grand Syekh Al-Azhar, Ahmad Al-Thayyib melakukan pertemuan dengan alumninya di seluruh dunia demi menyambung tali antara Al-Azhar dengan alumni-alumninya yang tersebar penjuru dunia.
Al-Azhar juga mengadakan pelatihan imamah dan dai bagi pelajar luar negeri agar menjadi utusan Al-Azhar di negaranya, serta menyambung komunikasi antaralumni yang sudah ada dengan mengadakain festival budaya dan olahraga.
Dikutip dalam Al-Ahram, Muhyiyuddin Afify, Sekretaris Umum Majma’ Al-Buhust Al-Islamiyyah (Akademi Riset Islam), mengatakan bahwa Grand Syekh Al-Azhar, Ahmad Al-Thayyib melakukan tour ke Asia dengan mengunjungi negara-negara Islam seperti, Indonesia, Singapura dan Brunei untuk menyebarkan dan menekankan nilai-nilai kemanusian dan kemoderetan Islam.
Melihat 2 tahun sebelumnya, pada tahun 2016 Grand Syekh Al-Azhar, Ahmad Al-Thayyib sudah mengunjungi Indonesia beserta rombongan Majlis Hukama Al-Muslimin. Kunjungan ini untuk mempererat hubungan antara masyarakat muslim Indonesia dengan Al-Azhar. Beliau memberikan kuliah umum dengan para alumninya di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Grand Syekh juga menerima penganugrahan gelar doktor kehormatan dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, serta mengadakan pertemuan dengan keluarga besar Pondok Modern Darussalam Gontor di Ponorogo, sekaligus pembukaan perayaan 90 tahun Pondok Gontor.
Dilansir dalam Website Sekretariat Kabinet RI, pada 30 April 2018 Presiden Indonesia, Jokowi menerima kunjungan Grand Syekh Al-Azhar, Ahmad Al-Thayyib di pintu Istana Merdeka, Jakarta. Kedatangan beliau merupakan undangan langsung dari Presiden Jokowi.
Masih di Istana Merdeka, Grand Syekh bertemu dengan Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan ketuanya, Megawati Soekarnoputri. Menurut Detik News dalam pertemuan ini, Grand Syekh memuji ideologi Pancasila, beliau berharap BPIP diadopsi di negara lain yang mengalami konflik akibat masalah ideologi. Karena Pancasila seperti Universitas Al-Azhar yang juga mengemban misi perdamain dunia yang mengembangkan sikap saling menghormati sesama umat manusia tanpa membedakan latar belakang SARA.
Sebenarnya kedatangan Grand Syekh Al-Azhar, Ahmad Al-Thayyib ke Indonesia untuk menghadiri KTT Ulama dan Cedikiawan Muslim Dunia atau High Level Consultation (HLC) of World Muslim Scholars on Wasatiyat Islam.
Acara yang digelar awal Mei 2018 di Bogor, Jawa Barat ini dihadiri 100 ulama dan tokoh-tokoh dari dalam dan luar negeri. Dalam acara ini Grand Syekh Al-Azhar mengatakan bahwa wasatiyah Al-Azhar Al-Syarif berdasarkan pada wasathiyah Islam yang mengimbau masyarakat akan bahaya pemikiran sempit yang menyeleweng dan mengatasnamakan agama dalam tindakannya yang bertentangan.
Perlu diketahui alumni Al-Azhar mencapai 30 ribu tersebar di Indonesia, dengan jumlah yang sangat besar ini Grand Syekh menginginkan komunikasi dengan alumni Al-Azhar di Indonesia. Selama kunjungan ini Grand Syekh juga menghadiri reuni alumni Universitas Al-Azhar di Solo, acara ini juga dihadiri oleh tokoh Indonesia, antara lain Menteri Agama Saat itu, Lukman Hakim Saifuddin, Muhammad Quraish Shihab, dan Gubenur NTB, Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang (TGB) selaku Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA).
Selain mengikuti KTT, Grand Syekh juga mengisi kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri. Seperti apa yang dilasir NU Online, Grand Syekh juga membahas tentang Islam Moderat dan Islam Nusantara di PBNU.
Dalam Majalah Tazakka Edisi Khusus Kunjungan Syekh Al-Azhar ke Indonesia, sebenarnya sebelum dua kunjungan Grand Syekh Ahmad Al-Thayyib pada tahun 2016 dan 2018, kunjungan ke Indonesia sudah dilakukan oleh Para Syekh Al-Azhar sebelumnya, seperti, Syekh Mahmud Syaltut (1960), Syekh Abdul Halim Mahmud (1976), Syekh Jadul Haq Ali Jadul Haq (1995 M), Syekh Muhammad Sayyid Al-Thanthawi (2006). Dari kunjungan-kunjungan ini terbukti bahwa selama bertahun-tahun mempunyai hubungan yang sangat baik dengan Indonesia.
Selain Universitas Al-Azhar sendiri, Mesir sudah memiliki ikatan emosional dengan bangsa Indonesia sejak dahulu. Pada 22 Maret 1946, Mesir menjadi negara yang yang mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia pertama kalinya. Karena Indonesia dan Mesir memiliki banyak kesamaan, Indonesia termasuk negara yang banyak menganut Islam, sehingga Mesir bersama Liga Arab mendukung kemerdekaan Indonesia dengan ikatan saudara sesama muslim. Indonesia dan Mesir juga memiliki banyak kesamaan ideologi, terbukti dengan kedua negara ini menjadi negara anggota GNB (Gerakan No Blok) dan peserta dai KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Asia-Afrika.
Hubungan Indonesia dengan Al-azhar sudah dari zaman dahulu bahkan sebelum Indonesia merdeka, banyaknya pelajar Indonesia inilah yang membuat hubungan Indonesia, Mesir, dan Al-Azhar semakin kuat. Sebagai bukti banyaknya ulama-ulama Indonesia lulusan Al-Azhar dan adanya Ruwaq Jawi yang dikhususkan bagi masyarakat Nusantara di Masjid Al-Azhar.
Sampai sekarang setiap tahunnya ribuan pelajar Indonesia selalu datang ke Universitas Al-Azhar untuk menuntut ilmu, bukan hanya pelajar tingkat strata satu, mamun juga tingkat magister hingga pelatihan khusus imamah dan dai.
Risalah perdamaian Al-Azhar untuk penjuru dunia sangatlah penting di saat menyebarnya paham keras menyeleweng seperti radikalisasi dan takfirisasi dengan banyaknya umat yang saling mengkafirkan satu sama lain untuk membuat perpecahan. Mengkafir-kafirkan orang lain merupakan kebodohan terhadap memahami ruh dan substansi agama.
Islam adalah agama perdamaian yang disebarkan dengan kasih sayang dan menjalin hubungan baik dengan orang lain. Untuk itu hubungan baik Indonesia dan Al-Azhar merupakan secuil contoh risalah perdamaian, sebuah kebaikan yang harus tetap kita jaga dan lestarikan di mana saja. Untuk itu kita sebagai pelajar di Universitas maupun sudah alumni harus tetap menjaga hubungan baik ini dengan belajar lebih giat, berprestasi, serta selalu bertanggung jawab dengan seluruh kepercayaan Al-Azhar dalam memudahkan mahasiswa Indonesia belajar di Universitas Al-Azhar. (Wi Farma/Mahasiswa Jurusan Peradaban di Universitas Al-Azhar)
Referensi:
شيماء عبد الهادي، جولة الإمام الأكبر الآسيوية تؤكد عالمية الأزهر ودوره في ترسيخ دعائم السلام، تم إصدار في بوابة الأهرام 2 من مايو 2018.
Humas Sekretariat Kabinet RI, Terima Syekh Al-Azhar, Presiden Jokowi Bahas Kerja Sama Syiarkan Wasathiyah. www.setkab.go.id, dipublikasikan pada 30 April 2018.
Humas Sekretariat Kabinet RI, Terima Grand Syekh Al-Azhar, Ketua Dewan Pengarah BPIP Mengaku Bicara Soal Islam Moderat. www.setkab.go.id, dipublikasikan pada 3 Mei 2018.
Andhika Prasetia, Imam Temui Mega ddk, Puji Ideologi Pancasila. www.news.detik.com, dipublikasikan pada 3 Mei 2018.
Budi Ardi Isnanto, Grand Syekh, TGB, Menag Hadiri Reuni Alumni Al-Azhar Indonesia. www.news.detik.com, dipublikasikan pada 1 Mei 2018.
Fathoni, Poin Utama Grand Syekh Al-Azhar dengan PBNU. www.nu.or.id, dipubliksikan pada 3 Mei 2018.
مجلة تزكى، العدد الخاض زيارة الشيخ الأزهر لإندونيسيا عام 2018م.
Kementrian Luar Negeri RI, Sejarah Hubungan Indonesia Mesir, www.kemenlu.go.id