
Sebuah kesyukuran yang mendalam kami mahasiswi Al-Azhar, Kairo dapat mengkuti kajian tentang sejarah Al-Azhar bersama Dr. Khalaf Jalal, dibuka dengan penjelasan singkat tentang sejarah Al-Azhar yang berdiri di 3 masa kerajaan Fatimiyyah, Utsmaniyyah dan Mamalik. Bangunan tua ini berhiaskan ukiran ayat-ayat suci al-Qur’an pada setiap sudut atap dan dinding. Terdapat pula di sudut atas bangunan beberapa corong yang dulunya dikenakan untuk menaruh wewangian dan lampu-lampu lilin.
Ruwaq-ruwaq yang mengitari masjid ini dulunya adalah sebuah asrama tempat tinggal para mahasiswa asing. Hidup, belajar dan menghabiskan penuh waktu mereka sampai pada makan, minum dan mandi di sini. Madinatul Buuts Al-Islamiyyah, bangunan yang sekarang menjadi salah satu tempat tinggal para wafidin dan wafidat atau mahasiswa dan mahasiswi luar Kairo ini merupakan penjelmaan dari wujud Azhar pada zaman dahulu.
Mereka belajar di ruwaq yang berbeda sesuai dengan asal negara kedatangan dan diajar oleh seorang guru yang berasal dari negara mereka masing-masing, maka tidak heran apabila ditemukan beberapa ruwaq seperti ruwaq syawam, magharibah, atrak, dan beberapa ruwaq lain yang sekarang tidak ditemukan lagi dalam lingkup bangunan ini.
Seperti halnya sebuah roti yang mengalami beberapa fase pembuatan hingga menghasilkan kue yang cantik, indah dan enak dimakan. Al-Azhar pun dulunya hanya terdiri dari satu ruwaq yaitu ruwaq Fatimiyyah yang kemudian berkembang seiring majunya zaman sehingga dapat berdiri seperti saat ini.
Bukan hanya asrama, terdapat beberapa madrasah dan maqam di dalam bangunan ini. Diantaranya madrasah Jauhariyyah yang didirikan oleh Jauhar Al-Qurtuby, madrasah Tibrisiyyah yang didirikan oleh Ala’u-d-Din at-Tibrisiyyah, madrasah al-Aqbaghawiyyah dan terdapat maqam Jauhar Al-Qurtuby, Ala’u-d-Din at-Tibrisiyyah dan Abdurrahman Al-Katkudi.
Acara ini pun ditutup dengan sesi perfotoan dan mengulang kajian secara singkat tentang sejarah bangunan ini “Jami’ Al-Azhar”. Semoga apa yang telah diusahakan oleh orang-orang terdahulu dapat kita gunakan dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Maka sampailah kita pada titik beruntung apabila kita dapat mengamalkan perbuatan lebih baik dari para ulama terdahulu. Usiikum Wa Iyyaaya Nafsi.
(Berliana Putri Permatasari/Psikologi tk.3)