FPIB © All rights reserved
FPIB
  • Home
  • Blog
  • Info
    • Badal Rusum Iqomah
    • Contoh Surat-surat dan Agazah
    • Ijroat Adventure Minhah Khoriji
    • Ijroat Adventure Minhah Dakhili
    • Taqdim Minhah Bu’uts
  • About
Join Grup
FPIB
Join Grup

buutsfpib

29Mar

Mendedah Esensi Puasa Ramadan dalam Bingkai Medis

Maret 29, 2023 buutsfpib Khazanah Islam 7

oleh: Ainul Mamnuah

Seperti yang kita ketahui bersama, bulan yang kita tunggu-tunggu kehadirannya telah tiba. Bulan mulia yang akan menaungi kita semua, bulan di mana Allah SWT akan menambah pahala dan karunia, serta di mana Allah SWT akan membukakan pintu-pintu kebaikan bagi manusia yang mendambakannya, yakni bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang mewajibkan umat muslim untuk berpuasa sebagai bentuk ketaatan hamba terhadap Tuhannya.

Sebagaimana yang kita pahami, bahwa diciptakannya manusia di bumi tidak lain ialah untuk beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, nilai dan martabat manusia sangat ditentukan oleh kapasitas peribadatannya. Setiap peribadatannya pun memiliki nilai pembentukan moral, dan moral inilah nilainya bagi manusia. Misalnya, berpuasa di bulan Ramadan. Puasa merupakan bentuk dari ibadah yang berguna untuk membina moral seorang hamba. Tersebab puasa yang dilakukan selama satu bulan penuh ini sangat efektif untuk pembinaan moral dan karakter manusia tersebut, apabila dilaksanakan secara ikhlas dan dengan niat semata-mata karena Allah SWT.

Selain sebagai pembinaan moral dan pembentukan karakter manusia, puasa juga memiliki banyak hikmah lain yang bisa kita temukan. Baik itu untuk kesehatan fisik, maupun untuk kesehatan mental spiritual (psikis). Maka, dari sini penulis akan mencoba mendedah bagaimana puasa itu bisa memberikan manfaat terhadap kedua hal tersebut—kesehatan fisik dan mental spiritual.

Tidak bisa dipungkiri jika puasa itu bisa membuat fisik menjadi lemah dan tidak berdaya. Namun, jika ditinjau secara mendalam dari segi kesehatan fisik, maka akan kita temukan banyak manfaat di dalamnya. Seperti halnya sabda Rasulullah SAW, ‘’Berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat’’. Perihal manfaat puasa terhadap kesehatan fisik pun dapat dibuktikan secara ilmiah, walaupun harus menahan makan dan minum sekitar 12-24 jam.

Apabila seseorang lapar, perutnya akan memberikan refleks ke otak secara fisiologis. Dengan adanya pemberitahuan ke otak tersebut, otak akan merespon dan memerintahkan kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim pencernaan. Zat inilah yang kemudian menimbulkan rasa nyeri, terkhusus bagi penderita mag. Sementara bagi orang yang berpuasa rasa sakit tersebut tidak muncul, tersebab otak tidak memberikan perintah kepada kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim tersebut.

Meninjau dari penelitian medis, berpuasa terbukti dapat memberikan kesempatan bagi organ pencernaan untuk beristirahat, baik sistem enzim maupun hormon. Dalam keadaan tidak berpuasa, sistem pecernaan dalam perut akan terus aktif mencerna makanan, sehingga tidak sempat beristirahat, ampas yang tersisa pun menumpuk dan bisa menjadi racun bagi tubuh. Adapun ketika tubuh dalam kondisi berpuasa, sistem pencernaan akan beristirahat dan memberikan sel-sel tubuh untuk memperbaiki diri, terutama bagian pencernaan.

Dr. Muhammad Al-Jauhari seorang guru besar dari Universitas Kedokteran di Kairo mengatakan, bahwa puasa dapat menguatkan pertahanan kulit, sehingga dapat mencegah penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman-kuman besar yang masuk dalam tubuh manusia. Dalam buku karya Imam Musbikin yang berjudul “Rahasia Puasa” dijelaskan, bahwa puasa juga bisa menghindarkan kita dari potensi terkena serangan jantung, karena kemampuan mengendalikan diri saat berpuasa akan memutus terjadinya peningkatan kadar hormon katekholamin dalam darah.

Dari sini kita dapat menyimpulkan, bahwa kondisi tubuh saat berpuasa itu merupakan keadaan pengistirahatan kinerja organ-organ tubuh, supaya tubuh manusia tersebut tetap stabil. Di lain sisi, kesehatan tidak hanya terkait tentang fisik namun juga bisa terkait dengan kesehatan mental spiritual. Puasa pun bisa berperan sebagai sarana efektif untuk memperbaiki jiwa-jiwa yang hampir terjerumus dalam lubang-lubang kemungkaran serta menyucikan diri dari segala dosa. Dalam artian, puasa dapat mengangkat seseorang yang telah berkubang dalam maksiat menuju fitrahnya sebagai manusia.

Selain itu, puasa dapat menjadi sarana untuk latihan, supaya seorang hamba mampu mengendalikan diri, menyesuaikan diri, serta sabar terhadap dorongan-dorongan atau rangsangan agresivitas yang mucul dari dalam diri manusia. Menurut Prof. Dr. H. Dadang Hawari seorang Psikiater Indonesia serta dosen di fakultas kedokteran Universitas Indonesia mengatakan, bahwa dalam setiap diri manusia terdapat naluri berupa dorongan agresivitas yang bentuknya bermacam-macam, seperti agresif dalam hal emosional, misalnya mengeluarkan kata-kata kasar, tidak senonoh, dan menyakitkan hati orang lain.

Oleh karena itu, salah satu ciri dari jiwa yang sehat yakni terletak pada kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri. Pengendalian diri ini sangat penting terhadap kesehatan jiwa, sehingga daya tahan mental dalam menghadapi berbagai stres atau gangguan kehidupan meningkat karenanya. Tersebab saat berpuasa, kita banyak berlatih perihal kemampuan menyesuaikan diri terhadap tekanan tersebut dan hasilnya kita akan menjadi pribadi yang lebih sabar dan tahan terhadap berbagai tekanan kehidupan.

Walhasil, puasa Ramadan selama sebulan penuh ini memiliki banyak hikmah atau manfaat yang terkandung di dalamnya. Di mana hikmahnya tidak hanya berputar tentang hal-hal yang berbau tasawuf atau nilai-nilai agama, namun juga menjamah lingkar medis.

Editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
25Mar

Memaksimalkan Amal Di Bulan Suci

Maret 25, 2023 buutsfpib Khazanah Islam 7

oleh: M. Fikri Hasan Abdullah

bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillahil karimil l-manān munzilil Qur’an fī atammil l-bayān. As-Sholatu al-Mashubah bissalām ‘alal habīb al-‘adzomi sayyidina Muhammadin wa ‘ala ālihi washahbih.

Kedatangan bulan suci Ramadhan adalah hal yang sangat dinantikan oleh umat Islam sedunia karena penuh akan keberkahannya. Akan tetapi apakah kawan-kawan tahu bahwa tidak semua orang mendapatkan keuntungan dengan datangnya bulan Ramadhan.Ya, memang pada bulan suci ini syaithan-syaithan akan dibelenggu, namun tetap saja begitu banyak orang yang lalai dan tetap pada kebiasaan buruknya.

Di suatu saat Rasulullah SAW sedang menaiki mimbar, banyak di antara para sahabat mendengar Rasulullah SAW mengucapkan amin sebanyak tiga kali, sehingga membuat para sahabat yang kala itu hadir merasa heran akan hal itu, Rasulullah SAW menjawab bahwasannya malaikat Jibril AS mendoakan tiga hal dan Rasulullah SAW mengamininya, salah satu dari doa-doa tersebut ialah “celakalah serta merugilah orang yang mendapatkan bulan Ramadhan namun hingga bulan Ramadhan selesai ia tidak mendapatkan ampunan Allah”. Oleh karena itu, sudah semestinya setiap muslim memaksimalkan ibadahnya dan menjadi lebih produktif saat berada di bulan Ramadhan.

Banyak kisah para ulama terdahulu bagaimana mereka menggunakan waktu mereka di bulan Ramadhan, seperti Imam Syafi’i yang biasa mengkhatamkan Al-Qur’an setiap hari sebanyak dua kali, dan ada juga yang mengkhatamkannya di sholat malam, dan masih banyak lagi kisah para ulama terdahulu di bulan suci Ramadhan. Seringkali kita merasa malas atau merasa tidak mampu untuk memaksimalkan ibadah kita di bulan Ramadhan.

Maka untuk menyiasatinya Rasulullah SAW sudah memberikan resep yang tepat bahkan untuk yang merasa tidak sanggup beribadah seperti para ulama generasi terdahulu, Rasulullah SAW bersabda:

(أحب الأعمال إلى الله أدومها و إن قل (صحيح مسلم

Dari hadits tersebut kita memahami bahwa yang lebih penting untuk diprioritaskan dalam sebuah aktivitas produktif adalah kontinuitas. Dalam hal ini Syaikh Abdul Aziz Asy-Syahawi pernah menasihati bahwa seseorang akan mendapatkan hasil yang diinginkan dari wiridnya jika ia mendawamkannya. Hal serupa juga seringkali kita dengarkan dari para penghafal qur’an, motivator, atlit, pelaku bisnis, dan juga elemen masyarakat lainnya bahwa kontinuitas itu sangat penting untuk diperhatikan jika kita menginginkan goal tertentu.

Namun kita juga seringkali menginginkan untuk segera bisa beramal sebanyak amal para pendahulu umat. Hal ini dirasa wajar karena manusia diberikan jiwa berlomba serta ingin menjadi yang paling baik, namun kita perlu menyadari bahwa para ulama memperbanyak amalan mereka bukan hanya sekali atau dua kali tapi sudah menjadi kebiasaan dalam keseharian mereka.

Jadi akan lebih efektif jika meriyadhahi serta melatih diri untuk memperbanyak ibadah secara rutin dimulai dari memaksimalkan ibadah fardhu kemudian ditambah ibadah-ibadah sunnah yang bisa kita lakukan dengan berkesinambungan kemudian kita tambahkan porsi ibadah-ibadah sunnah secara berkala agar kita mampu mendawamkannya.

Para ulama terdahulu terbiasa mempersiapkan diri untuk memasuki bulan Ramadhan jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan Ramadhan dengan tujuan mampu memaksimalkan ibadah di Bulan Ramadhan, yang mana amal ibadah wajib dilipatgandakan menjadi tujuh puluh kali ibadah wajib di luar Ramadhan dan amal ibadah sunnah dilipatgandakan seakan-akan ia adalah ibadah fardhu di luar Ramadhan sebagaimana riwayat yang dinukil imam Ibnu Syahin dalam Fadha’il Syahri Ramadhan.

Semua yang tertera diatas hanyalah bagaimana kita berikhtiar untuk memaksimalkan Ramadhan, Adapun hakikatnya siapapun yang mampu beribadah dengan baik adalah karena taufiq Allah semata.

Imam Ibrahim Al-Laqqani dalam jauharahnya mengatakan:

و خالق لعبده و ما عمل ۞ موفق لمن أراد أن يصلو خاذل لمن أراد بعده ۞ و منجز لمن أراد وعده

Allah SWT berfirman:

وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُزَكِّى مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Juga Allah SWT berfirman:

وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَآ أَنْ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ

Jadi di samping memaksimalkan ikhtiar kita sangat perlu bersyukur atas apa yang Allah berikan dari kemampuan untuk beramal serta memperbanyak doa, memperkuat keyakinan dan memperbaiki prasangka kepada Allah SWT.

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
23Mar

Tiga Derajat Orang Berpuasa, Begini Kata Imam Al-Ghazali

Maret 23, 2023 buutsfpib Khazanah Islam 8

Oleh: Muhammad Aulia Rozaq

Ramadhan merupakan bulan yang sangat dinantikan oleh umat Islam di seluruh belahan dunia. Bagaimana tidak? Di bulan tersebut pahala dilipatgandakan, pintu neraka ditutup rapat, pintu surga dibuka luas, dari orang yang biasa saja di bulan-bulan lainnya, tiba-tiba berubah menjadi orang yang rajin beribadah, yang paling ajib, ada sebagian orang yang berkelakuan bak Abu Jahal, tiba-tiba berubah menjadi orang yang paling rajin dan taat beribadah.

Kendati demikian, Ramadhan tidak boleh hanya dipandang sebagai euforia saja, ia harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Berbicara mengenai amal sholeh, hal yang harus diutamakan tentunya amal ibadah puasa itu sendiri, sebab banyak orang lalai dan tidak memperhatikan shaumnya, sehingga ibadahnya hanya menghasilkan lapar dan dahaga saja. Pahalanya digerogoti dosa-dosa, sejak terbit fajar diisi oleh ghibah, mencela, dan lain sebagainya. Hingga terbenamnya matahari yang tersisa hanyalah lelah, haus, dan lapar saja.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui derajat orang yang berpuasa guna mengukur diri, sejauh mana kita berpuasa? Dan harus seperti apa kita berpuasa. Dalam hal ini, Imam Al-Ghazali menuliskan bab khusus dalam kitabnya Ihya ‘Ulumiddin dengan tajuk “Fi Asrāris s-Shaum wa Syurūthul l-Bāthinah” [Penjelasan mengenai Rahasia-rahasia Shaum dan Syarat-syarat Samarnya]. Beliau menyatakan bahwa orang yang berpuasa terbagi menjadi tiga derajat. Pertama, shaumul l-‘umūm (puasa orang pada umumnya), yakni menahan perut dan kemaluan dari melakukan perbuatan yang didasarkan pada syahwat.

Kedua, shaumul l-khusūs (puasa orang tertentu) yaitu menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota tubuh dari perbuatan-perbuatan dosa.

Ketiga, shaumu khusūsul l-khusūs (puasanya orang paling khusus dan tertentu), maka puasanya orang-orang ini adalah puasanya hati dari hasrat-hasrat yang hina dan pikiran-pikiran duniawi, mencegah hati dari selain Allah secara menyeluruh, dan puasanya orang-orang ini batal ketika memikirkan sesuatu selain Allah, dalam artian memikirkan sesuatu yang bukan karena Allah dan cenderung menyebabkan keterikatan hati seorang hamba pada selain dari-Nya. Jenis puasa ini adalah puasanya para Nabi, Shiddiqīn, dan para Muqorrobīn.

Adapun puasanya orang-orang shalih adalah jenis puasa yang kedua, yaitu puasanya orang tertentu, mengapa demikian? Sebab tidak semua orang berpuasa mampu mencapai derajat ini. Imam Ghazali kemudian melanjutkan bahwa kesempurnaan dalam derajat yang kedua ini terdiri dari enam perkara.

Pertama, ghadul l-bashar (menundukan pandangan) baik bagi laki-laki ataupun perempuan, serta mencegah meluasnya pandangan pada sesuatu yang tercela dan dibenci, dalam hal ini termasuk juga pandangan pada sesuatu yang menyebabkan hati sibuk dan berpaling dari mengingat Allah.

Kedua, menjaga lisan dari ocehan-ocehan, berbohong, ghibah, adu domba, perkataan keji, perkataan kasar, permusuhan dan debat kusir. Maka dalam hal ini diwajibkan diam, dan diwajibkan pula untuk menyibukkan diri dengan dzikir dan tilawah Al-Qur’an.

Ketiga, mencegah pendengaran dari menyimak sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak disukai Allah.

Keempat, mencegah sisa anggota tubuh dari perbuatan-perbuatan dosa, semisal tangan dan kaki dari perbuatan yang tidak disukai Allah, mencegah perut dari syubhat ketika berbuka puasa, sebab tidaklah bermakna puasa jika bersahur dengan yang halal namun berbuka dengan yang haram.

Kelima, memperbanyak makan makanan yang halal ketika berbuka puasa, sebab dengan memakan makanan yang halal, puasa orang tersebut akan menjadi berkah dan menjadi sebab tercapainya ridho Allah SWT.

Keenam, terakhir, agar hatinya selalu bergantung kepada Allah setelah berbuka puasa, – maksudnya – hendaknya dia menggantungkan hatinya kepada Allah dengan diisi dengan harapan dan ketakutan akan kebesaran Allah SWT, seraya berkata “Apakah puasaku ini diterima oleh Allah? Ataukah puasaku ini ditolak sebab aku tergolong pada golongan yang dimurkai?”

Demikian pembahasan Imam Al-Ghazali mengenai derajat orang yang berpuasa, dari sini kita bisa mengukur harus seperti apa kita berpuasa, Cukupkah hanya dengan menahan dahaga dan lapar? Atau kita berjuang dan berjihad pada hal yang melebihi kedua itu, yakni menjaga diri dari setiap perkara dosa agar dapat mencapai ridho-Nya semata.

editor: redaktur

Read more
23Mar

Ruwaq Bu’uts Selesai, Kajian Banyak Menjawab Permasalahan yang Kerap Terjadi

Maret 23, 2023 buutsfpib News 11

RUBU’ (Ruwaq Bu’uts) dengan kajian kitab Al Ibanah wal Ifadhah fi Ahkami Haidhi Wannifasi telah sukses dilaksanakan dan ditutup pada Senin (20/03/2023), kegiatan yang diikuti 38 peserta tersebut, diakhiri dengan ujian serta penyerahan penghargaan pada Rifa Rahmah Rasyidah sebagai peraih nilai tertinggi dan tercepat pada ujian tersebut, dan Aisyah Sabrina Andri sebagai peserta terajin dalam kajian RUBU’ kali ini di Gurfah Tilfaz, Imarah 3, Bu’uts Banat. Kajian fiqh wanita tersebut, banyak menjawab kebingungan yang kerap kali terjadi seputar hukum-hukum mengenai haidh, nifas, dan istihadhah.

Wanita yang telah berhenti darah haid atau nifas sebelum imsak, dapat mendahulukan sahur dan memasang niat, walaupun belum mandi besar dan mengakhirkannya sebelum subuh, “Misal ketika puasa Ramadhan, lalu kita sudah suci (darah berhenti) sebelum imsak, ya udah sahur dulu dan pasang niat, jadi mandi besarnya sebelum subuh itu tidak apa-apa…” Jelas Nurhara menjawab kebingungan yang kerap kali terjadi di bulan Ramadhan itu.

Hal tersebut dikuatkan lagi dengan kutipan penutup dalam pembahasan hal-hal yang tidak boleh dilakukan wanita dan nifas dari kitab tersebut, “Ketika darah haid atau nifas berhenti keluar, ia masih belum boleh melakukan semua ibadah sebelum mandi atau tayammum kecuali puasa dan thalaq”.

Kegiatan tersebut memiliki dampak positif bagi peserta, terlihat dari antusias peserta meminta materi tambahan lainnya pada pemateri dalam kegiatan RUBU’ selanjutnya.

reporter: Aisy Nabila Munawwarah

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
19Mar

Pelatihan Bahasa Amiyah, Bekal Penting untuk CAMABA

Maret 19, 2023 buutsfpib News 12

Pelatihan bahasa amiyah telah usai dilaksanakan oleh divisi PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) FPIB untuk CAMABA Bu’uts kloter pertama kedatangan 2023 pada Jum’at (17/03/2023), kegiatan tersebut dilaksanakan terpisah pada pagi pukul 07.00 CLT untuk banat di Gurfah Muthalaah Ardiyah, Imarah 1, Bu’uts Banat dan malam pukul 19.30 CLT untuk banin kelompok 1 di Imarah Thal’at, 67, lt. 4, Bu’ust Banin dan Imarah Thal’at, 87, lt. 5, Bu’ust Banin untuk kelompok 2. Pelatihan bahasa amiyah melalui pengajaran materi kaidah-kaidah dasar tersebut menjadi bekal penting bagi CAMABA dalam berkomunikasi sehari-hari dengan masyarakat Mesir.

Fathina selaku salah satu panitia PSDM menjelaskan, bahwa meninjau dari kurangnya kecakapan CAMABA dalam berbahasa amiyah sebagai alat komunikasi sehari-hari menjadikan pelatihan bahasa amiyah merupakan hal penting.

Nahdlatus Solihah yang juga bagian dari panitia pelaksana menegaskan bahwa tujuan pembekalan tersebut merupakan penunjang kegiatan-kegiatan CAMABA selama di mesir, “karena di berbagai kegiatan, kita pasti akan bermuamalah dengan orang mesir, entah itu sekedar di baalah, kuliah, atau talaqqi…” ungkapnya.

Kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan pembekalan dari serangkaian kegiatan pembekalan lainnya untuk setiap CAMABA Bu’uts.

reporter: Aisy Nabila Munawwarah

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
18Mar

Sport Day FPIB, Damam Syah: Semoga Selalu Menjadi Sarana Penyambung Silaturrahmi

Maret 18, 2023 buutsfpib News 10

“Alhamdulillah Sport Day bersama FPIB yang pertama berlangsung meriah. Semoga Sport Day ke depannya bisa menjadi sarana penyambung silaturrahmi antar warga FPIB di samping MFD,” ungkap Damam Syah, Ketua I Forum Pelajar Indonesia Bu’uts (FPIB).

Sport Day diadakan pada Sabtu pagi di lapangan Bu’uts (18/03/2023) oleh divisi olahraga dan Bu’uts Sporting Club (BSC) guna mewadahi minat olahraga warga FPIB. Beberapa cabang olahraga seperti voli, sepakbola, handball, catur, dan basket meramaikan lapangan dengan antusias penuh dari para warga FPIB.

“Sebenarnya sasaran utama Sport Day perdana ini adalah anak baru, tapi tadi secara umum bukan hanya anak baru yang ikut, semoga ke depannya semakin antusias,” jelas Ainul Mamnu’ah, Ketua II FPIB.

Ainul menjelaskan bahwa sasaran utama adalah anak-anak baru guna memperkenalkan kekeluargaan FPIB, akan tetapi sebagian dari mereka berhalangan hadir. Kendati demikian, berkat antusias warga FPIB lainnya, Sport Day berjalan Meriah.

Devi Zulaikha dari divisi olahraga dan minat bakat mengatakan bahwa selain pelatihan hadrah, Badminton Day, dan Sport Day, program kerja selanjutnya adalah pelatihan khot dan agenda renang.

“Langkah selanjutnya adalah agenda renang warga FPIB yang InsyaAllah berkawasan di Muqattam untuk banin, dan di Madinat Nasr untuk banat,” ujarnya.

Devi juga mengatakan bahwa agenda pagi ini sangat bernilai karena merupakan suatu ajang untuk membangun miliu hidup sehat, juga merupakan medan silaturrahmi bagi warga FPIB terlebih untuk mengenalkan anggota baru kepada kegiatan FPIB.

reporter: Nidya Al Khairi

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
12Mar

Dua Jam Terasa Kurang, Afifah: Next Time Kita Adakan Badminton Day Lagi

Maret 12, 2023 buutsfpib News 15

“Alhamdulillah warga FPIB semangat sekali, sehingga kita pesan dua jam terasa kurang, InsyaAllah next time kita adakan lagi Badminton Day,” ungkap Afifah Maulidina selaku Ketua II Forum Pelajar Indonesia Bu’uts (FPIB).

Program Badminton Day yang diadakan pada Sabtu (11/03/2023) oleh Divisi Olahraga di Nadi Syabab, Hay Sadis, mendapat antusias penuh dari warga FPIB. Hal itu karena para peminat bulutangkis dapat bermain di lapangan khusus secara gratis, yang mana selama ini mereka hanya bermain di lapangan voli bu’uts.

“Selanjutnya minggu depan kita akan mengadakan Sport Day, kemudian akan ada latihan renang,” jelas Luthfiatul Azizah dari Divisi Olahraga.

Azizah menjelaskan bahwa yang mereka adakan adalah latihan bersama untuk seluruh warga FPIB, sedangkan untuk latihan khusus klub cabang olahraga tertentu akan didampingi oleh badan otonom Bu’uts Sporting Club (BSC).

Selaku bagian dari Divisi Olahraga Azizah berharap latihan-latihan yang diadakan ke depannya tak hanya menumbuhkan minat dan semangat warga FPIB dalam berolahraga, tapi juga menguatkan silaturahmi antar sesama.

“Buat warga ya semoga kedepannya bisa solid terus, terutama kita di tanah orang. InsyaAllah FPIB selalu dinamis dalam pemanfaatan fasilitas di bu’uts demi pengembangan dan pemanfaatan SDM kita sendiri,” jelas Feri Putra Ketua Umum FPIB.

reporter: Nidya Al Khairi

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
08Mar

Feri Putra Kurniawan: “Ini adalah Awal, Bukan Akhir”

Maret 8, 2023 buutsfpib News 17

“Ini adalah awal bagi kalian, bukanlah akhir,” ungkap Feri Putra Kurniawan selaku ketua umum FPIB dalam sambutannya kepada calon mahasiswa baru Al-Azhar yang baru saja tiba di Madinatul Bu’uts al-Islamiyyah, Dzahir, Kairo pada Selasa (07/03/2023).

Penyambutan calon mahasiswa baru tersebut dilaksanakan di Ruang Gedung 15 yang dihadiri oleh Feri Putra Kurniawan selaku ketua umum FPIB (Forum Pelajar Indonesia Bu’uts), K.H Faiz Husaini, Lc. M.A selaku Ketua Tanfidziyah PCINU Mesir, Amid Mahmud Abdul ‘Adzim Shobihah selaku Ketua Madinatul Bu’uts al-Islamiyah, dan Dr. Abdul Aziz selaku Direktur Umum Madinatul Bu’uts al-Islamiyyah.

Feri menegaskan bahwa FPIB akan menjadi rumah bagi para calon mahasiswa baru, bukan untuk sesaat namun untuk jangka waktu yang panjang, “Kalian memang berbeda-beda jalur, berbeda-beda kekeluargaan, ada yang dari Jawa, Sumatera, Sulawesi dll. Tapi tetap, rumah kalian pulang adalah bu’uts, yaitu FPIB. Kalau kalian butuh apa-apa bilang saja ke FPIB, kalau sakit bilang ke FPIB, nanti kita kasih obat atau kita antar ke fasilitas kesehatan seperti rumah sakit…” jelas Feri.

Adapun yang termasuk ke dalam kloter pertama pada siang hari dari kedatangan camaba ini terdiri dari beberapa jalur, di antaranya jalur PBNU, Ma’had Al-Azhar, serta Ma’had Al-Ikhlas Bone yang berjumlah 28 camaba, 14 laki-laki dan 14 perempuan.

reporter: Nur Rochmatul Kamilah

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
01Mar

Probo Susanto: “Jika Seorang Melihatnya, Maka Satu Indonesia Bershaum”

Maret 1, 2023 buutsfpib Info 15
“Jika satu orang melihatnya (hilal), maka cukup dengan itu, satu Indonesia bershaum,” terang Muhammad Probo Susanto dalam menjelaskan poin-poin penting pada bab pertama dari kitab Ithaful Anam biahkami Shiyam, sebagai pemateri dalam gelaran perdana (28/02/2023) pada kajian Ruwaq Bu’uts yang kali ini diselenggarakan di Gedung Sembilan, 608, Bu’uts Banin.
 
Pada gelaran RUBU’ kali ini, pemateri memulai bahasannya dengan membaca pembuka kitab (muqodimah), lalu dilanjutkan dengan pembacaan dan pembahasan bab pertama mengenai “Fil kalāmi ‘an ikhtilāf al-Mathāli’ wa Ittihadihā”.

“Kalau seandainya di Mesir nih, Dar al-Ifta mengatakan bahwa besok itu shaum, maka jelas hukumnya di sini, wajib bagi semua (yang berada di Mesir) untuk bershaum,” jelas beliau

Fatih Khaufi selaku penanggung jawab kegiatan menjelaskan bahwa pemateri merupakan seorang yang tidak lagi diragukan keilmuannya, “…Pemateri merupakan seorang yang mumpuni dalam bidangnya dan sudah bermulazamah dengan pentahqiq kitab tersebut, sehingga tidak diragukan lagi keilmuan beliau..,” ungkap Fatih. 

Adapun target dari kegiatan ini, Fatih menjelaskan, “agar para peserta mampu mendalami kembali hukum-hukum puasa hingga permasalahan kontemporer seputar shaum.”

Reporter : Muhammad Aulia Rozaq
Editor: Redaktur
Read more
26Feb

Masisir Sehat Aku Siap: Pemateri Ungkap Stigma yang Sering Tersebar

Februari 26, 2023 buutsfpib News 22

Divisi Kesehatan FPIB baru saja mengadakan webinar pembekalan CAMABA mengenai kesehatan dengan mengusung tema “Masisir Sehat Aku Siap” pada Ahad (26/02/2023). Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 15.00-16.30 WIB/10.00-11.30 CLT ini diikuti sekitar 40 orang secara daring guna mempersiapkan segala hal yang menunjang kesehatan selama di Mesir, baik pengetahuan mengenai iklim, tips-tips kesehatan, kendala yang sering dihadapi masisir, hingga menjawab stigma yang banyak tersebar, serta solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut.

Amartya Nadienil Millah, selaku pemateri yang juga merupakan mahasiswi Fakultas Kedokteran tingkat 4 Universitas Al-Azhar Kairo menjawab stigma, bahwa dosis obat yang diberikan di Mesir itu tinggi, merupakan stigma yang salah, “..banyak masisir mengganggap bahwa dosis obat di Mesir itu tinggi, dan itu merupakan stigma yang salah. Hal tersebutkan dikarenakan banyaknya masisir yang yang membeli obat dari apotik tanpa berkonsultasi dengan ahlinya terlebih dahulu, sehingga masisir yang mendapatkan paracetamol 1.000 mg dari apotik merasa tak kunjung sembuh, padahal yang ia butuhkan hanya paracetamol 500 mg.”

Dalam kegiatan tersebut, Amartya juga menegaskan solusi terbaik untuk permasalahan-permasalahan ini, “…maka solusi terbaiknya adalah bertanya pada ahli kesehatan di organisasi Indonesia yang ada, seperti mahasiswa kedokteran yang sudah membuka praktik dokter, PPMI, atau divisi kesehatan di setiap organisasi,” ujarnya.

“Sehat adalah cara merawat diri dan peduli sedini mungkin, jangan sampai kau menyesal kelak” pungkasnya menutup webinar tersebut.

reporter: Aisy Nabila Munawwarah

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
  • 1234…9
Logo FPIB Kecil Web

FPIB (Forum Pelajar Indonesia Bu’uts) merupakan forum sosial yang mewadahi seluruh pelajar Indonesia yang terdaftar di Madinatul Bu’uts Al Islamiyyah.

FPIB © All rights reserved

Kategori

  • News
  • Info

Info

  • Ijroat Adventure Minhah Dakhili
  • Ijroat Adventure Minhah Khoriji
  • Taqdim Minhah

Tentang Kami

  • About FPIB
  • Kontak