
Kairo, Fpib.web.id- Ada yang menarik dalam acara Idul Adha tahun ini. Pasalnya, FPIB tidak mengadakan open house di asrama putri. Namun acara hanya diselenggarakan di asrama putra, tepatnya di Taman Thol’at untuk seluruh warga FPIB baik putra maupun putri pada Senin malam (11/07). Tidak hanya itu, perayaan tersebut juga dimeriahkan berbagai penampilan dan juga lomba memasak daging antar angkatan.
Menurut Ana Qonita Tamami, senior FPIB yang sekaligus juri lomba memasak, acara Idul Adha tahun ini sangat meriah dengan inovasi barunya. Seperti hiburan yang dapat memperkenalkan budaya Indonesia kepada negara asing, juga perlombaan memasak yang tidak ada di perayaan tahun-tahun sebelumnya.
Perlombaan memasak daging diikuti oleh empat peserta dengan empat kriteria penilaian untuk menjadi juara. Empat peserta tersebut ialah angkatan Cordova, Hijaz, Al-Quds, dan Alhambra. Sedangkan empat kriteria penilaiannya mencakup cita rasa, keterampilan, kreatifitas, dan ketepatan waktu.
Total hewan kurban yang terkumpul pada tahun ini adalah 10 domba dan 4 kambing. Sebuah angka yang menggambarkan peningkatan antusias warga yang signifikan. Setelah daging kurban didistribusikan, panitia kemudian membagikan satu kilogram daging kepada tiap-tiap angkatan sebagai bahan dasar lomba memasak.
“Semua masakannya enak. Cuma bau amis dari dagingnya belum bisa dinetralisir oleh semua peserta, keempatnya-empatnya,” ujar Qonita.
Setiap angkatan menyuguhkan menu yang berbeda-beda dan tentunya cita rasa khas masing-masing.

“Cordova ini, mungkin karena mereka lebih lama disini jadi dia tau kombinasi bahan yang tepat. Mereka seasoningnya bagus. Kalau Hijaz mereka berani kreatif dengan nasi goreng bunga lawangnya. Cuma dia agak strong, enak tapi di lidah terlalu berlebihan. Kalau Al-Quds, dia masih malu-malu bumbunya. Kalau Alhambra, dia bingung mau condong ke manis apa ke asin. Jadi bumbunya nggak ada kecondongan rasa, masih bingung,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa dalam penjurian, tidak bisa dilihat hanya dari satu aspek saja. Meski di satu sisi terdapat kekurangan, masih ada sisi lain yang melengkapi. Sehingga dari total nilai terpilihlah satu pemenang yaitu Cordova.
“Cordova bisa menutupi kekurangan dari bau dagingnya itu. Kalau penilaian dari baunya saja, semua peserta nggak ada yang menang. Bagusnya Cordova ini, pertama dia ngumpulin paling tepat waktu. Untuk rasa, sebenarnya kalau aku makan dagingnya saja itu keasinan. Cuma ketika dikasih nasi atau lontong, dia balance. Dia ngerti, hidangannya ini nggak bisa sendiri. Akhirnya dia buat nasi yang mana nasinya itu dikombinasikan lagi. Bukan sekedar nasi. Nasinya itu dimasak dengan bunga telang dan bumbu-bumbu juga. Akhirnya kita nggak sedih dengan rasa yang seperti itu. Terus dia juga kasih minuman, kasih acar penetralisir rasa. Hebatnya disitu, makanya dia bisa jadi juara,” jelasnya,” terangnya setelah menyicipi seluruh hidangan.
Reporter: Nusaibah Masyfu’ah
Editor: Rima Hasna Fariha