FPIB © All rights reserved
FPIB
  • Home
  • Blog
  • Info
    • Badal Rusum Iqomah
    • Contoh Surat-surat dan Agazah
    • Ijroat Adventure Minhah Khoriji
    • Ijroat Adventure Minhah Dakhili
    • Taqdim Minhah Bu’uts
  • About
Join Grup
FPIB
Join Grup

buutsfpib

25Feb

Ruwaq Bu’uts: Sayang Jika Terlewatkan

Februari 25, 2023 buutsfpib News 18

RUBU’ (Ruwaq Bu’uts) kembali diselenggarakan oleh Divisi Keilmuan FPIB tahun abdi 2022/2023. Kali ini kajian dilaksanakan dengan membahas kitab Al Ibanah wal Ifadhah fi Ahkami Haidhi Wannifas Wal Istihadhah ala Mazhab Imam Assyafii pada Jumat (24/02/2023) di Ghurfah Muthāla’ah Ardiyah, Imarah 3, Bu’uts Banat. Kajian fiqh wanita tersebut merupakan agenda yang penting dan sayang jika terlewatkan, khususnya bagi kaum Muslimah mengingat kitab tersebut membahas hukum-hukum mengenai haidh, nifas, dan istihadhah.

Pemateri menekankan pentingnya Muslimah dalam memahami apa yang menjadi kewajiban bagi mereka, “seyogyanya bagi Muslimah untuk mengetahui apa yang menjadi kewajiban kita, termasuk hal-hal mengenai haidh, nifas, dan istihadhah,” ungkap Nurhara selaku pengajar.

Cut Khoiratun Nisa sebagai penanggung jawab pelaksana program tersebut juga menyayangkan sekali jika kajian kitab tersebut terlewatkan, “sangat menyayangkan jika kajian kitab Al Ibanah wal Ifadhah ini terlewatkan, dikarenakan bahasan ini perlu dipelajari oleh kita, sebagai perempuan.” ujarnya.

Pertemuan pertama dari agenda tersebut memiliki dampak positif bagi para peserta, terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang banyak diajukan di sela-sela kajian.

Reporter: Aisy Nabila Munawwarah

Editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
12Feb

BUMF: Amunisi Baru Bagi FPIB

Februari 12, 2023 buutsfpib News 22

BUMF (Badan Usaha Milik FPIB) baru saja diresmikan pada Sabtu (11/02/2023) di Aula Daha KMJ (Keluarga Mahasiswa Jambi), Hay Asyir, Kairo. Peresmian tersebut dihadiri oleh beberapa pihak di antaranya Presiden dan Wakil Presiden PPMI Mesir, Ketua Wihdah PPMI Mesir, dan DPO-FPIB. Acara peresmian dilaksanakan sesaat setelah dilantiknya pengurus FPIB tahun abdi 2022/2023 dan BSC (Buuts Sporting Club). Diresmikannya BUMF menjadi amunisi baru bagi FPIB, baik dari segi pemanfaatan sumber daya manusia, tempat untuk belajar berwirausaha, dan badan pendanaan FPIB.

Muhammad Mujib Usmana selaku Direktur I BUMF menegaskan urgensi dibentuknya BUMF ini, “FPIB sebagai organisasi yang sudah cukup besar sudah selayaknya memiliki badan usaha yang menjadi pelopor dalam sektor-sektor usaha. Hal ini sangat penting untuk kemandirian FPIB khususnya dalam hal pendanaan,” ujarnya.

Selain itu, BUMF ini akan menjadi tempat yang bermanfaat bagi warga FPIB yang ingin mempelajari seluk-beluk dalam berwirausaha, “…di sisi lain, BUMF ini juga menjadi wadah bagi warga FPIB yang ingin berlajar berwirausaha,” pungkas Mujib.

Dalam acara tersebut, Muhammad Mujib Usmana dilantik sebagai Direktur I BUMF dan Halimatus Sa’diyah sebagai Direktur II.

Reporter: Muhammad Aulia Rozaq

Editor: redaktur

Read more
01Des

SPAT 2022: SPAT Terakhir Dalam Sejarah FPIB

Desember 1, 2022 buutsfpib Info 18

Kairo, FPIB-Untuk ketiga kalinya FPIB menggelar Sidang Permusyawaratan Anggota Tertinggi (SPAT) sejak dibentuk pada 2019 lalu. Sidang yang dilaksanakan di Aula KMNTB pada Rabu (30/11) tersebut terdiri dari Sidang Pleno 1 dan 2.

“Sebagaimana yang tertuang di AD/ART, SPAT diadakan 2 tahun sekali. Selain itu kami melihat AD/ART FPIB masih memiliki beberapa kekurangan. Dengan dua tahun berlalu sejak amandemen sebelumnya, dirasa cukup ideal bagi pengurus lama maupun tokoh-tokoh Bu’uts untuk meninjau lebih dalam mengenai korelasi AD/ART dengan realita di lapangan. Akhirnya lahirlah pasal-pasal yang lebih relevan,” ujar Ketua Dewan Pengawas Organisasi FPIB, Selsa Azzahra.

Jalannya persidangan diwarnai dengan keaktifan para peserta. Adu argumen dan diskusi terlihat jelas dalam pembahasan amandemen AD/ART FPIB. Terlebih saat pengahapusan pasal terkait penyelenggaran SPAT.

“Kami sangat mengapresiasi Tim Adhoc karena pemikiran mereka tentang SPAT dan keefektifannya membuat SPAT tahun ini dihapuskan. Tetapi digantikan oleh Sidang Istimewa sehingga menjadi program yang lebih baik. Jadi, apakah kami sedih? Justru tidak, karena digantikan dengan yang lebih baik,” jelas Selsa.

Adanya penghapusan pasal terkait mengakibatkan gelaran tersebut menjadi yang terakhir dalam sejarah FPIB. Karena amandemen hanya akan dilaksanakan dalam Sidang Istimewa atau SPA dengan ketentuan tertentu.

“Saya berterima kasih kepada seluruh peserta sidang, panitia penyelenggara, rekan-rekan presidium, Tim Adhoc, dan seluruh pihak terkait dalam amandemen ini. Disamping itu, saya merasa FPIB selalu dan terus-menerus membutuhkan orang yang tidak hanya bergerak dalam lingkup FPIB saja. Dalam artian mereka yang terjun di tempat lain kemudian FPIB memerlukan mereka sewaktu-waktu dan mereka akan dengan bersahaja kembali ke FPIB adalah bagian dari orang-orang yang kita butuhkan sudut pandangnya. Sehingga FPIB bisa menjadi lebih baik,” tutupnya.

Reporter: Nusaibah Masyfu’ah

Editor: Rima Hasna

Read more
30Nov

Multaqo Tsaqofi di Madinatul Buuts: Syekh Ibrahim Al-Hudhud Bocorkan Cara Mengatur Waktu

November 30, 2022 buutsfpib Kabar Azhar, Madinatul Bu'uts, News 22

Kairo, FPIB- Selasa (29/11), Hai’ah Kibar Ulama Al-Azhar Al-Syarif (Dewan Senior Ulama Al-Azhar) mengadakan Multaqo Tsaqofi (cultural forum) di Masjid Madinatul Bu’uts. Multaqo tersebut merupakan acara ke-13 yang diadakan oleh Hai’ah Kibar Ulama di berbagai tempat.

Acara ini dihadiri oleh Syekh Ibrahim Al-Hudhud, mantan rektor Universitas Al-Azhar, Syekh Abdul Fattah Al-Awary, mantan dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar, Syekh Hasan Sholah Al- Shagir, Sekjen Hai’ah Kibar Ulama, dan beberapa syekh lainnya.

Acara ini diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an oleh imam Masjid Madinatul Bu’uts dan Al-Azhar Asy-Syarif, Syekh Mahmud. Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan Syekh Hasan Al-Shagir.

Syekh Ibrahim Al-Hudhud dalam awal penyampaiannya, mengungkapkan kebahagiaannya dapat duduk di antara ulama faqih dan mufassir, Syekh Hasan Al-Shagir dan Syekh Abdul Fattah Al Awariy. Selanjutnya, beliau menasehati para thalibul ilmi untuk bertakwa dan belajar secara sungguh-sungguh. Sebab dengan ketakwaan itulah, Allah banyak memberikan jalan bagi para penuntut ilmu.

“Supaya kalian saling mengingatkan satu sama lain, bahwa kedatangan kalian di Al-Azhar Al-Syarif adalah sebagai penuntut ilmu,” nasehat beliau.

Kemudian beliau mengajarkan bagaimana cara mengatur waktu di setiap harinya. Dalam nasehatnya, beliau menganjurkan agar setiap penuntut ilmu menggunakan waktunya minimal 8 jam setiap hari untuk membaca buku. Dengan rincian, 6 jam buku diktat dan 2 jam untuk buku bacaan ilmiah. Sisanya, 16 jam, digunakan untuk aktivitas harian. Jika pelajar istiqomah melakukan seperti ini, maka ia akan menjadi mahasiswa serta alumni Al-Azhar yang bernilai saat kembali ke negara asalnya.

Syekh Abdul Fattah Al-Awariy membenarkan nasehat Syekh Ibrahim Al-Hudhud. Beliau menambahkan bahwasanya ilmu dan akhlak adalah dua hal yang tidak boleh terpisahkan. Sebab, ilmu yang menjadi warisan nabi, tidak pantas bagi mereka yang menuntut warisannya tanpa mengikuti kemuliaan akhlaknya.

Beliau juga menyampaikan kisah Imam Syafi’i ketika berada dalam masa kesulitan belajar. Hal itu tidak lain disebabkan karena dosa-dosa kecil yang dilakukannya. Selain itu, beliau menegaskan tentang pentingnya memiliki guru dalam belajar. Bahkan hendaknya seorang penuntut ilmu menjalin hubungan baik dengan para ulama dan jangan sampai ada niat untuk meninggalkan mereka.

Reporter: Fatias dan Awwabin

Editor: Nusaibah Masyfu’ah

Read more
29Nov

Seminar Metodologi Penelitian Karya Ilmiah, Peserta Minta Tambahan Waktu

November 29, 2022 buutsfpib Madinatul Bu'uts, News 17

Kairo, FPIB- Divisi Keilmuan FPIB mengadakan Seminar Kepenulisan dan Metodologi Penelitian Karya Ilmiah pada Selasa, 29 November 2022. Acara ini bertempat di Aula Majelis Burdah dan dimulai sejak pukul 10.30 waktu setempat.

Ustadz Fery Ramadhansyah Lc., M.A, pemateri yang diundang dalam acara ini adalah salah satu dosen bahasa Indonesia di Universitas Al Azhar, Kairo. Beliau mengenyam pendidikan sarjananya di Universitas Al-Azhar dan sekarang sedang menjalani program doktoral di Universitas Kairo.

Ketua FPIB, Rima Hasna yang turut menghadiri acara ini memberikan sambutan dan rasa terima kasih kepada pemateri. Khususnya terkait kesediaannya dalam meluangkan waktu untuk membagikan ilmunya. Ia juga menyebutkan, bahwa kemiskinan literasi dalam dunia masisir, lebih-lebih dalam karya ilmiah, yang menjadikan acara ini adalah kesempatan emas bagi semua peserta yang mengikutinya.

Membuka dalam seminarnya, Ustadz Fery menyampaikan pentingnya bagi mahasiswa untuk mampu menulis. Sebab, lazimnya seorang pelajar harus mampu menyampaikan secara baik pengetahuan mereka. Khususnya, bagi yang sudah berada di jenjang mahasiswa, ia dituntut untuk menuliskan sebuah karya ilmiah dan bersikap kritis. Namun beliau mengingatkan kepada mereka yang ingin menuliskan karya ilmiah, wajib untuk menyelami dunia kepenulisan sebelumnya.

“Menulis adalah seni dalam menyusun huruf demi huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, paragraf menjadi sub tema, kemudian rangkaian sub tema itulah menjadi tema,” ucapnya.

Menurut beliau, data dan fakta yang terstruktur adalah nyawa dalam karya yang bersifat ilmiah. Tanpa keduanya, kesalahan dalam karya tulis tersebut adalah fatal. Maka, untuk menjadikan tulisan terstruktur dan sistematis dari pendahuluan, isi, dan penutup, dibutuhkan sebuah metodologi.

Di awal sesi, pemateri akan menyampaikan materi dalam waktu satu jam yang akan disambung dengan sesi tanya-jawab. Untuk menepati waktu durasi, beliau sengaja untuk tidak merincikan pembahasan dan menjelaskan apa yang sekiranya perlu diketahui untuk peserta seminar.

Setelah durasi berlalu, pemateri menghentikan penjelasan dan menyerahkan kembali kepada moderator. Namun, moderator memberikan tambahan waktu kepada pemateri atas permintaan peserta selama 45 menit. Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab oleh 4 peserta.

Reporter: Muhammad Awwabinhafizh

Editor: Nusaibah Masyfu’ah

Read more
21Nov

Marhalah Family Day, Bukan Hanya Sebatas Silaturahim

November 21, 2022 buutsfpib Info 21

Forum Pelajar Indonesia Buuts (FPIB) kembali menghelat acara tahunan Marhalah Family Day (MFD) pada 17-19 November 2022. Perhelatan yang sudah berjalan sejak 2011 tersebut, pada tahun ini diorganisir oleh angkatan kedatangan baru yaitu angkatan Alhambra.

Ketua II FPIB Rima Hasna menyebutkan bahwa tujuan MFD tak hanya fokus untuk silaturahim. Namun juga membangun kesolidan dan integritas tiap angkatan khususnya angkatan baru. Selain itu, adanya kepanitiaan MFD juga menjadi ajang bagi angkatan baru untuk memperkuat internal angkatan dan mengenal lebih dalam dinamika warga Buuts.

Selama tiga hari berturut-turut MFD diadakan di Stadion Madinatul Buuts dengan berbagai macam perlombaan. Rima menambahkan bahwa keikutsertaan anggotalah yang menjadi urgensitas terlaksananya acara ini. Kemenangan dan kekalahan hanya sebagai hiburan dalam acara. Sehingga tak perlu merasa kecewa terlalu dalam. Acara ini telah menjadi perantara untuk melakukan interaksi lebih banyak sesama warga Indonesia.

“Yang tak kenal menjadi kenal, yang sudah kenal menjadi lebih akrab” ujarnya.

Reporter: Nidya Al Khairi

Editor: Nusaibah Masyfu’ah

Read more
30Okt

3 Madrasah di Masjid Al-Azhar pada Era Mamalik

Oktober 30, 2022 buutsfpib Info 17

Bab Al-Muzaiyyinin (tengah), Madrasah Al-Taybarsiyyah (kanan), dan Madrasah Al-Aqbughawiyah (kiri) yang ada kubah dan menaranya diambil dari maidan Al-Azhar.

Kalian tahu gak? Bahwa Masjid Al-Azhar pernah ditutup oleh Sultan Shalahudin Al-Ayubbi selama 100 tahun. Lama sekali kan? Hal ini untuk memberantas pengaruh Syiah di Mesir pada waktu itu. Kalian bisa baca sejarah Masjid Al-Azhar di Era Ayyubbiyah di tulisanku sebelumnya. https://fpib.web.id/2022/08/12/masjid-al-azhar-dari-syiah-fatimiyah-hingga-ayubbiyyah/.

Setelah Dinasti Ayyubbiyah runtuh dan berdirilah dinasti baru bernama Dinasti Mamalik. Pada era ini Al-Azhar mengalami perubahan besar yang sebelumnya digunakan sebagai pembelajaran madzhab syiah menjadi sunni. Hingga akhirnya Al-Azhar digunakan lagi untuk kegiatan belajar dan mengajar.

Nah kalian pasti berpikir bahwa kegiatan belajar dan kajian di Al-Azhar hanya di ruwaq-ruwaq masjid. Ternyata ada sebuah bangunan tambahan yang disebut dengan ziyada/mulhaq yang terhubung dengan Masjid Al-Azhar. Pada Era Mamalik ditambahkan 3 bangunan berupa madrasah di masjid Al-Azhar.

Dua madrasah dibangun pada masa Sultan Nasir Muhammad bin Qalawun yaitu Madrasah Al-Taybarsiyyah dan Madrasah Al-Aqbughawiyah yang terletak di antara pintu utama Masjid Al-Azhar yang bernama Bab Al-Muzayyinin, yaitu pintu yang dihiasi oleh ornamen dan khat khufi dengan tinta emas, terletak di Utara menuju Masjid Abu Dzahab.

Bab Al-Muzaiyyinin, walaupun sederhana tapi pada masanya pintu ini merupakan pintu paling indah yang ditulis dengan tinta emas.

Madrasah yang ketiga dibangun pada masa Sultan Al-Asyraf Baybars, yaitu Madrasah Al-Jauhariyyah yang terletak di Timur Laut Masjid Al-Azhar.

            Berikut akan saya ajak kalian keliling dan memasuki madrasah-madrasah ini:

  1. Madrasah Al-Taybarsiyyah

Untuk yang pertama adalah madrasah Al-Taybarsiyyah, dibangun oleh Amir ‘Alauddin Taybars Al-Khazindar, seorang kepala militer di masa pemerintahan Sultan Nasir Muhammad bin Qalawun pada tahun 1309 M/709 H.

Jika kita memasuki Masjid Al-Azhar dari pintu utama yang bernama Bab Al-Muzayyinin maka madrasah ini ada di sebelah kanan kita. Pintu madrasah terletak dekat dengan pintu Qietbay.

Pintu Madrasah Al-Taybarsiyyah terlatak dekat dengan Pintu Qietbay, dan Menara Qeitbay
Pintu Madrasah Al-Taybarsiyyah

Berikut suasana zaman dulu ketika syekh/guru memasuki madrasah, terlihat bagaimana orang dahulu menghormati ulama.
Ini adalah kubah makam di dalam madrasah, terlihat di kelilingi rak-rak buku
Suasana belajar mengajar di dalam Madrasah Al-Taybarsiyyah. Bangunan kecil ini yang terdiri dari tiga ruwaq ini digunakan sebagai pembelajaran Fikih Syafi’i.

Selain itu dalam madrasah ini terdapat tempat wudhu, perpustakaan, dan kubah makam kecil tempat dikuburnya Amir Taybars setelah wafat.

Salah satu unsur arsitektur dan dekorasi khusus yang sangat penting dari Madrasah Al-Taybarsiyyah adalah mihrabnya yang dilapisi dengan marmer warna-warni dan kombinasi mozaik dari marmer dan kaca yang indah yang merupakan contoh mozaik langka di Mesir.

Indahnya mihrab Madrasah Al-Taybarsiyyah dengan detail mozaik marmer warna-warni dan kaca.

Adapun arsitektur lainnya adalah jendela-jendela dari perunggu. Selain itu, Madrasah Al-Taybarsiyyah juga mengalami perbaikan dan pembaharuan oleh Abdurrahman Katkuda 1753 M/1167 H.

Menurut sejarawan abad 15, Al-Maqrizi, dalam pembangunan madrasah ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Tetapi ada kisah yang menarik dari pembangunan madrasah ini. Ketika Amir Taybars selesai membangunnya dan diperlihatkan kertas nota biaya pembangunan. Sebelum itu, dia meminta baskom berisi air kemudian mencuci semua kertas nota tanpa melihatnya dan berkata, “Sesuatu yang kita keluarkan darinya untuk Allah Swt. kita tidak memperhitungkannya.”

Read more
01Okt

Kupas Tuntas Arsitektur dan Kisah di balik Qal’ah; Benteng Salahuddin Al Ayyubi/ Saladin Citadel

Oktober 1, 2022 buutsfpib Info, Khazanah Islam 21

Sebenarnya kita tak perlu jalan-jalan jauh untuk bisa menyaksikan situs-situs bersejarah Islam yang berada di Mesir ini, di dalam kota Kairo sendiri terdapat banyak sekali peninggalan yang mengandung unsur sejarah dari segi arsitektur maupun kisah di baliknya. Jika kalian berjalan ke arah Sayyida Aisyah atau makam Imam Syafi’i, tentu kita akan melihat sebuah benteng megah dan membentang di atas bukit Muqattam. Ya..tentu kalian pasti tak asing dengan sebuah benteng berbentuk kuil yang bernama Benteng Salahuddin atau Qal’ah Jabal.

Dilihat dari namanya, tentu kita tahu bahwa yang membangun benteng ini adalah Salahuddin Al-Ayyubi; Sultan sekaligus pendiri Dinasti Ayyubiyah. Benteng ini dibangun pada tahun 1176 M, guna untuk melindungi kota Kairo dari serangan Tentara Salib ketika itu. Begitu banyak peninggalan-peningalan dan situs-situs kuno yang terdapat di dalam benteng ini. Selain benteng itu sendiri, ada beberapa bangunan lain yang tak kalah menarik, yaitu Masjid Al-Nashir Muhammad bin Qalawoon, Masjid Muhammad Ali, Museum Tentara, Museum Polisi, dan Qashrul Jauhara. Namun, hanya beberapa dari destinasi di atas yang saat ini boleh dikunjungi. Dan artikel ini hanya akan lebih terfokus pada pendiri dan bentengnya saja.

  1. Salahuddin Al Ayyubi dari Irak menuju Mesir

Mempunyai nama asli Salahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadziy bin Marwan yang oleh keluarganya sering dipanggil dengan nama Yusuf. Dia lahir pada tahun 532 H dan tinggal bersama keluarganya di kota Tikrit (daerah utara Irak saat ini), dan berpindah ke kota Baghdad dan Moushul. Menurut Ibnu Washil seorang sejarawan di zaman Ayyubiyah, mengatakan bahwa nasab dari kakeknya adalah Syadziy bin Marwan bin Abi Ali bin Hasan salah satu keturunan Bani Umayyah. Tapi pendapat yang paling kuat mengatakan bahwa Salahuddin adalah bangsa Kurdi dan bukan bangsa Arab.

Dia tumbuh dan berkembang bersama ayah dan pamannya, Najmuddin Ayyub dan Asaduddin Syirkuh. Ia mendapatkan pendidikan kepemimpinan dan manajemen administrasi pemerintahan dari sang ayah yang di kala itu menjabat sebagai pemimpin Seljuk di Tikrit serta mendapat pendidikan strategi peperangan dan militer dari sang paman, Asaduddin Syirkuh. Saat itu, baik ayah maupun pamannya sama-sama mengabdi kepada Imaduddin Zanki, gubernur Seljuk untuk Irak. Saat Imaduddin wafat, Nuruddin Zanki putra dari Imaduddin Zanki-lah yang menggantikannya memimpin Suriah dan Mosuhul. Dari sinilah Salahuddin mulai tekun mempelajari politik, strategi, dan teknik perang, bahkan ia melanjutkan pendidikannya ke Damaskus untuk mempelajari theologi sunni selama 10 tahun dalam naungan kekuasaan Nuruddin.

Singkat cerita, Pada tahun 1169 M Salahuddin diangkat menjadi seorang  menteri di Mesir menggantikan Asaduddin Syirku yang telah wafat. Waktu terus berjalan, tidak ada yang menyangka bahwa peran Salahuddin membawa perubahan besar bagi pemerintahan Mesir yang sebelumnya bisa dibilang lemah. Pada saat Al-‘Adid Abu Muhammad Abdillah, Khalifah terakhir Dinasti Fathimiyyah wafat pada tahun 1171 M, Salahuddin menduduki pemerintahan tertinggi Mesir dan memecat garis keturunan Fathimiyyah, sehingga ia mengganti yang sebelumnya Dinasti Fathimiyyah menjadi Dinasti Ayyubiyah. Meski ia telah menguasai Mesir, secara resmi Salahuddin tetap berposisi sebagai wakil Nuruddin. Begitu banyak perkembangan dan perbaikan pemerintahan di zamannya, mulai dari segi ekonomi, militer, akademis dst. Dan salah satu peran Salahuddin Al Ayyubi yang paling fenomenal adalah perbaikan tembok kota Kairo yang sudah ada sejak zaman fathimiyyah dan membangun Benteng Salahuddin/Qal’ah Jabal di atas bukit Muqattam.

  • Benteng Pertahanan

Bangunan ini merupakan tembok yang menyerupai sebuah benteng yang dirancang dan didesain oleh Salahuddin Al Ayyubi dan dibangun pada tahun 1176 M – 1183 M dibawah direksi arsiteknya yang bernama Baha’uddin Qaraqusy Al-Asadiy dan disempurnakan lagi pada zaman saudaranya Sultan Al-Malik Al-Adil pada tahun 1208 M. Kecerdasan Salahuddin terlihat ketika penentuan letak benteng yang akan dibangun. Ia memilih bukit Muqattam karena akan mempermudah penyerangan dan pengintaian dalam satu waktu. Menurut Imam Al Maqriziy salah satu sejarawan yang hidup di Era Mamalik menyebutkan bahwa sebelum Salahuddin menentukan tempat, ia meletakkan sepotong daging di daerah tersebut (Kairo). kemudian daging itu membusuk dalam waktu satu hari satu malam, kemudian ia meletakkan sebuah daging lain di atas bukit tersebut dan bertahan selama dua hari dua malam, maka dibangunlah benteng di sana.

Benteng ini mempunyai tinggi 10 m, dan ketebalan 3 m, benteng ini dibangun khusus untuk melindungi kota Kairo dari serangan Pasukan Salib ketika itu. Benteng ini juga dilengkapi menara-menara kokoh yang menjulang dalam jarak setiap 100 m. Di menara yang dijadikan konsentrasi pertahanan dari serangan musuh itu terdapat banyak lubang jendela yang berguna bagi pasukan pemanah dalam membidik sasaran. Sedangkan bagian paling atas adalah dek terbuka untuk menempatkan meriam.

Dari sisi pertahanan, benteng ini memiliki fungsi arsitektur termaju pada zamannya, dengan tiga step pertahanan sebagai berikut:

  1. Pertahanan jarak jauh; menggunakan meriam dan senjata panah yang dilakukan lewat menara-menara.
  2. Jika pasukan musuh berhasil menembus dinding benteng, mereka akan disambut ruang terbuka yang dikelilingi tembok-tembok tinggi. Di area ini pasukan musuh tentu akan bersiap di atas benteng.
  3. Dan jika musuh berhasil melewati bagian tersebut, mereka akan melewati lorong-lorong bercabang yang panjangnya mencapai 2.100 m. Di situ pasukan musuh yang tidak mengenal medan menjadi lebih mudah ditumbangkan satu persatu.

Tadi sudah disebutkan, bahwa ada sebuah menara untuk mengintai serangan musuh, ada sekitar 13 menara di setiap sisi dari benteng tersebut.

Burj Al Shahra’ (Utara)
Burj Al-Muqottom
Burj Al Haddad & Burj Al-Ramlah
Burj Al Imam (Timur)
Burj Al Tharfah (Selatan)
Burj Kyrkilan (Selatan)
Burj Al Mathar (Selatan)
Burj Al Muqaushar (Timur)
Burj Al Muballath (Timur)
  • Dan, beberapa menara lainnya:
  • Burj Al ‘Ulwah (Selatan)
  • Burj Al Saffa (Selatan)
  • Bab Al Qullah (Barat daya)
  • Bab Al Mudarraj (Barat)

Konsep benteng ini jika kita lihat sekarang, terdapat dua bagian yang berbeda dari segi bentuk dan luas tanahnya, yaitu sisi Timur laut dan sisi Barat daya.

  1. Sisi Timur laut, memiliki bentuk persegi panjang cenderung lebih abstrak dengan panjang 560 m membentang dari Timur ke Barat, dan 317 m dari Utara ke Selatan.
  2. Sisi Barat daya, benteng ini lebih kecil dari bagian pertama dan memiliki bentuk tak beraturan juga. Dengan panjang 510 m dari Utara ke Selatan, dan 270 m dari Timur ke Barat. Pada bagian benteng ini memiliki bentuk tembok pagar yang berbeda dengan benteng bagian Timur laut. (Fajar Ilman Nafi’/ Mahasiswa Universitas Al-Azhar Jurusan Peradaban)

Referensi:

  1. Ahmad Abdul Razaq Ahmad. al-Imarah al-Islamiyyah fii Mishr Mundzu al-Fathi al-Arabiy Hatta Nihayat al-Ashri al-Mamlukiy, Kairo: Darul Fikri Al-Arabi. 2018.
  2. Manshur Abdul Hakim Muhammad. Salah al-Din al-Ayoubi al-Munqidz al-Muntadzar, Cetakan ke-7, Damaskus: Darul Kitab Al-Arabi. 2007.
  3. Khalid ‘Azb. Fiqh al-‘Umran al-Imarah wal Mujtama’ wal Dual fii al-Hadharah al-Islamiyyah, Kairo: Darul Mishriyah Al-Lubnaniyyah. 2013.
Read more
30Sep

Hadiri Peringatan Maulid Nabi, Wakil Grand Syekh Al-Azhar Sampaikan Keutamaan Ilmu

September 30, 2022 buutsfpib Kabar Azhar, Madinatul Bu'uts, News 22

Kairo, FPIB- Wakil Grand Syekh Al-Azhar Prof. Dr. Muhammad Al-Dhuwaini menghadiri acara peringatan maulid Rasulullah Saw. yang diadakan pada hari Kamis (29/9) di Stadion Madinatul Bu’uts. Kedatangan beliau juga untuk menyampaikan salam dari Grand Syekh Al Azhar, Prof. Dr. Ahmad Muhammad Ahmad al-Thayeb yang ditujukan kepada seluruh pelajar dan mahasiswa Al Azhar umumnya, dan untuk seluruh wafidin yang tinggal di Madinatul Bu’uts khususnya.

Dalam sambutannya, beliau merasa bahagia bisa bertemu dengan seluruh pelajar dan mahasiswa Al Azhar dari berbagai daerah dan negara. Al-Azhar dan Mesir sangat mencintai para penuntut ilmu. Para penuntut ilmu memiliki kedudukan yang mulia di Al-Azhar dan Mesir. Maka dari itu, pihak Al-Azhar juga Madinatul Bu’uts memiliki tanggung jawab untuk mengayomi dan memberikan hak-hak yang perlu diberikan, khususnya kepada para pelajar asing.

Tak lupa, dalam sambutannya beliau mengingatkan tentang pentingnya ilmu. Sebab, kemajuan sebuah umat tidak didapatkan kecuali dengan ilmu.

“Kedatangan kalian ke Al-Azhar adalah kedatangan untuk menuntut ilmu. Maka, diwajibkan bagi mereka yang datang ke Al-Azhar untuk menggunakan waktunya guna mencari ilmu dan sebab-sebab dibukakannya pintu pemahaman. Dengannya, kalian akan berakhlak mulia sebagaimana agama Islam mengajarkan,” ucapnya.

Harapan beliau, supaya wafidin mampu untuk kembali ke negaranya masing-masing, menjadi guru, da’i, hakim bahkan mufti sepulangnya dari Al-Azhar. Menegakkan sebuah kebenaran dan keadilan guna melestarikan risalah Rasulullah Saw. yang benar. Dan semua itu, akan muncul dengan cara mencintai Rasulullah Saw. Tentunya, merayakan hari kelahirannya salah satu bukti kecintaan kepada Baginda Nabi.

Reporter: Muhammad Awwabinhafizh

Editor: Nusaibah Masyfu’ah

Read more
09Sep

22 Atlet Harumkan Nama Indonesia di Alexandaria

September 9, 2022 buutsfpib Info 19

Kairo, Fpib.web.id-Festival Olahraga Alexandria yang diadakan antar negara oleh pihak Madinatul Bu’uts telah berakhir hari Kamis (8/9). Kegiatan yang dilaksanakan setiap tahun ini memang sempat terhenti di tahun kemarin disebabkan pandemi korona. Tentunya setelah berakhirnya pandemi korona, kegiatan ini kembali diadakan guna mempererat tali silaturahmi antarnegara.

Indonesia merupakan satu dari sembilan negara yang ikut mengikuti turnamen kali ini. Memadainya sumber daya manusia, membuat Indonesia berinisiatif untuk mengambil keseluruhan cabang olahraga yang dilombakan, yaitu futsal, basket, voli, speedball, dan tenis meja.

Sebelum keberangkatan, Muhammad Tiftani Ar-Roziki, penanggung jawab tim, menargetkan untuk menyapu bersih seluruh cabang olahraga. Terbukti, 22 atlet terbaik menjadi pilihannya untuk mengikuti kegiatan turnamen ini.

Alhasil, Indonesia mampu meraih hasil terbaiknya meski tidak sesuai dengan target di awal. Cabor futsal dan basket yang masing-masing mendapatkan juara satu. Berhasil diikuti dengan kesuksesan cabor voli dan speedball yang meraih juara dua. Sisanya, tenis meja, Indonesia mampu merengkuh juara tiga dalam turnamen tahun ini.

Dalam cabor futsal, tim Indonesia mampu menyapu bersih kemenanangan setelah menghadapi Sudan, Malawi, dan Somalia dalam finalnya. Masing-masing, dengan skor 2-0, 1-0, dan 10-2. Tak ayal, membuat peraih top skor dan pemain terbaik jatuh kepada pemain Indonesia, diantaranya Hanan dan Nafi’ Maula.

Untuk tim basket, mereka juga harus berhadapan dengan tim Somalia di final. Sedangkan tim voli dan speedball, keduanya harus mengakui keunggulan dari pemain-pemain tim Afghanistan.

Tiftani menambahkan, olahraga speedball meski mendapatkan juara dua, supaya ditingkatkan lebih maksimal lagi dengan melihat beberapa cuplikan cuplikan video yang ada. Sebab, melihat olahraga ini belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia, bahkan hampir seluruh negara pengikut turnamen tahun ini.

Kemenangan ini memberikan kesan baik terhadap warga negara sendiri dan juga warga negara lain. Abdul Gafur, salah satu pemain tim futsal, mengungkapkan kebahagiannya setelah mendapat pengakuan dan ucapan selamat dari negara lain.

“Tahun ini adalah tahunnya Indonesia”, ucapnya menirukan apa yang dikatakan kepadanya.

Reporter: Muhammad Awwabinhafizh

Editor: Nusaibah Masyfu’ah
Read more
  • 12345…9
Logo FPIB Kecil Web

FPIB (Forum Pelajar Indonesia Bu’uts) merupakan forum sosial yang mewadahi seluruh pelajar Indonesia yang terdaftar di Madinatul Bu’uts Al Islamiyyah.

FPIB © All rights reserved

Kategori

  • News
  • Info

Info

  • Ijroat Adventure Minhah Dakhili
  • Ijroat Adventure Minhah Khoriji
  • Taqdim Minhah

Tentang Kami

  • About FPIB
  • Kontak