



Pada awal mulanya para pelajar yang datang ke Al Azhar untuk menuntut ilmu; mereka di tempatkan dalam Ruwaq Masjid Al Azhar atau rumah yang secara khusus disewa oleh Al Azhar untuk tempat tinggal murid-murid nya.
Secara bahasa, kata Ruwaq adalah serambi yang memiliki tiang-tiang atau galeri terbuka. Kata Ruwaq juga berarti sebagai koridor dan juga gang. Selain itu, kata Ruwaq juga memiliki arti sebagai tempat atau ruangan belajar yang ada di pelataran masjid.
Dalam sejarahnya, kata Ruwaq digunakan untuk penyebutan ruangan atau tempat belajar yang ada di Masjid Al Azhar Mesir seperti Ruwaq Atrak, Ruwaq Magharibah dan juga Ruwaq Jawi.
Para penuntut ilmu yang datang dari penjuru dunia nantinya akan tinggal di Ruwaq Masjid Azhar sesuai dengan negerinya. Contoh lah Ruwaq Atrak untuk orang-orang Turki, Ruwak Jawi untuk orang Melayu dan seterusnya.
Pada Awalnya, pengajaran dalam masjid Al Azhar dikenakan biaya. Walau tidak mahal, Sultan Hakim bi Amrillah menilai pemungutan biaya ini kurang etis dan mulai memikirkan dana wakaf untuk pengajaran di Al Azhar. Bermula dari Sultan Hakim bi Amrillah, dana wakaf dari Negara pun mengalir yang terus berlangsung hingga kini. Para Muhsinin atau orang-orang dermawan banyak yang menitipkan hartanya untuk kemajuan pendidikan di Al Azhar. Bahkan, kekayaan dana wakaf untuk Al Azhar pernah mencapai sepertiga kekayaan Mesir.
Para pelajar yang tinggal di Ruwaq Azhar hanya menetap dan belajar, tanpa adanya aktivitas penunjang pembelajaran seperti kegiatan olahraga, tsaqofah, atau organisasi tempat aspirasi para pelajar ditumpahkan.
Hal ini masih terus berlanjut hingga tahun 1952 M. Al Azhar sebagai pemerhati para pelajar menilai perlunya sebuah pembaharuan dalam Ruwaq Azhar, oleh karena itu mulailah pembangunan asrama pada tanah yang cukup luas berlokasi di Abbasia – Darrasa pada tahun 1954 M dan mulai di resmikan pada September 1959 M dengan nama Madinet Bouth El Islameyya.
Para pelajar yang sebelum nya menetap di Ruwaq Azhar mulai dipindahkan ke Asrama Buuts dan mendapatkan fasilitas yang jauh lebih layak dari sebelum nya.
Asrama dengan fasilitas yang cukup lengkap menghadirkan tunjangan kesehatan berupa rumah sakit khusus, kantin, warung internet, kantor pos, kantin jahit, perpustakaan, serta berbagai kegiatan yang menunjang proses belajar mengajar. Tak lupa pula, mukafaah atau uang saku tiap bulan dan tiket pulang gratis menjadi daya tarik tersendiri.
Jadi, Madinatul Bu’uts adalah bentuk implementasi baru dari Ruwaq Azhar yang di harapkan bisa mendorong semangat para pelajar serta mencetak hasil didikan Al Azhar yang bersinar dalam masyarakat Islam.
Dengan adanya perhatian khusus ini bukan malah menjadikan para pelajar manja dan bersantai-santai, anggap lah jika Ruwaq yang sederhana bisa menghasilkan Ibnu Khaldun dan Imam Suyuthi.. Maka dengan Madinat Buuts harus lebih dari itu.
Inilah amanah yang di emban bagi setiap pelajar yang menjadikan Al Azhar sebagai tujuan. Amanah Ummat ada di pundak para Azhari dan Azhariyah. Jadilah Azhari Tholibul Ilmi bukan Tholibul Ismi.
Wallahu a’lam.
Sumber : https://misteriegypt.wordpress.com/2019/03/06/buuts-yastohh/
Facebook