Memaksimalkan Amal Di Bulan Suci
oleh: M. Fikri Hasan Abdullah
bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillahil karimil l-manān munzilil Qur’an fī atammil l-bayān. As-Sholatu al-Mashubah bissalām ‘alal habīb al-‘adzomi sayyidina Muhammadin wa ‘ala ālihi washahbih.
Kedatangan bulan suci Ramadhan adalah hal yang sangat dinantikan oleh umat Islam sedunia karena penuh akan keberkahannya. Akan tetapi apakah kawan-kawan tahu bahwa tidak semua orang mendapatkan keuntungan dengan datangnya bulan Ramadhan.Ya, memang pada bulan suci ini syaithan-syaithan akan dibelenggu, namun tetap saja begitu banyak orang yang lalai dan tetap pada kebiasaan buruknya.
Di suatu saat Rasulullah SAW sedang menaiki mimbar, banyak di antara para sahabat mendengar Rasulullah SAW mengucapkan amin sebanyak tiga kali, sehingga membuat para sahabat yang kala itu hadir merasa heran akan hal itu, Rasulullah SAW menjawab bahwasannya malaikat Jibril AS mendoakan tiga hal dan Rasulullah SAW mengamininya, salah satu dari doa-doa tersebut ialah “celakalah serta merugilah orang yang mendapatkan bulan Ramadhan namun hingga bulan Ramadhan selesai ia tidak mendapatkan ampunan Allah”. Oleh karena itu, sudah semestinya setiap muslim memaksimalkan ibadahnya dan menjadi lebih produktif saat berada di bulan Ramadhan.
Banyak kisah para ulama terdahulu bagaimana mereka menggunakan waktu mereka di bulan Ramadhan, seperti Imam Syafi’i yang biasa mengkhatamkan Al-Qur’an setiap hari sebanyak dua kali, dan ada juga yang mengkhatamkannya di sholat malam, dan masih banyak lagi kisah para ulama terdahulu di bulan suci Ramadhan. Seringkali kita merasa malas atau merasa tidak mampu untuk memaksimalkan ibadah kita di bulan Ramadhan.
Maka untuk menyiasatinya Rasulullah SAW sudah memberikan resep yang tepat bahkan untuk yang merasa tidak sanggup beribadah seperti para ulama generasi terdahulu, Rasulullah SAW bersabda:
(أحب الأعمال إلى الله أدومها و إن قل (صحيح مسلم
Dari hadits tersebut kita memahami bahwa yang lebih penting untuk diprioritaskan dalam sebuah aktivitas produktif adalah kontinuitas. Dalam hal ini Syaikh Abdul Aziz Asy-Syahawi pernah menasihati bahwa seseorang akan mendapatkan hasil yang diinginkan dari wiridnya jika ia mendawamkannya. Hal serupa juga seringkali kita dengarkan dari para penghafal qur’an, motivator, atlit, pelaku bisnis, dan juga elemen masyarakat lainnya bahwa kontinuitas itu sangat penting untuk diperhatikan jika kita menginginkan goal tertentu.
Namun kita juga seringkali menginginkan untuk segera bisa beramal sebanyak amal para pendahulu umat. Hal ini dirasa wajar karena manusia diberikan jiwa berlomba serta ingin menjadi yang paling baik, namun kita perlu menyadari bahwa para ulama memperbanyak amalan mereka bukan hanya sekali atau dua kali tapi sudah menjadi kebiasaan dalam keseharian mereka.
Jadi akan lebih efektif jika meriyadhahi serta melatih diri untuk memperbanyak ibadah secara rutin dimulai dari memaksimalkan ibadah fardhu kemudian ditambah ibadah-ibadah sunnah yang bisa kita lakukan dengan berkesinambungan kemudian kita tambahkan porsi ibadah-ibadah sunnah secara berkala agar kita mampu mendawamkannya.
Para ulama terdahulu terbiasa mempersiapkan diri untuk memasuki bulan Ramadhan jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan Ramadhan dengan tujuan mampu memaksimalkan ibadah di Bulan Ramadhan, yang mana amal ibadah wajib dilipatgandakan menjadi tujuh puluh kali ibadah wajib di luar Ramadhan dan amal ibadah sunnah dilipatgandakan seakan-akan ia adalah ibadah fardhu di luar Ramadhan sebagaimana riwayat yang dinukil imam Ibnu Syahin dalam Fadha’il Syahri Ramadhan.
Semua yang tertera diatas hanyalah bagaimana kita berikhtiar untuk memaksimalkan Ramadhan, Adapun hakikatnya siapapun yang mampu beribadah dengan baik adalah karena taufiq Allah semata.
Imam Ibrahim Al-Laqqani dalam jauharahnya mengatakan:
Allah SWT berfirman:
وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُزَكِّى مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Juga Allah SWT berfirman:
وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَآ أَنْ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ
editor: Muhammad Aulia Rozaq