FPIB © All rights reserved
FPIB
  • Home
  • Blog
  • Info
    • Badal Rusum Iqomah
    • Contoh Surat-surat dan Agazah
    • Ijroat Adventure Minhah Khoriji
    • Ijroat Adventure Minhah Dakhili
    • Taqdim Minhah Bu’uts
  • About
Join Grup
FPIB
Join Grup

Blog

Home / Blog
30Apr

HEALTHY DAY: Jangan Remehkan Cek Kesehatan

April 30, 2023 buutsfpib News 2

Pentingnya menjaga kesehatan untuk keberlangsungan hidup yang mumpuni. Divisi Kesehatan FPIB bekerjasama dengan almamater FADAN (Forum Abituren Darunahdlatain Nahdhatul Wathan) Mesir telah sukses menggelar program pengecekan kesehatan Healthy Day Pada Jum’at (28/04/2023) di Sekretariat PwK NWDI Mesir. Digelarnya kegiatan tersebut menjadi salah satu upaya dalam membangkitkan kesadaran akan pentingnya pengecekan kesehatan badan yang kerap kali diremehkan, dengan difasilitasi beberapa pos-pos pengecekan seperti: cek glukosa, cek golongan darah, cek tekanan darah, saturasi oksigen, serta BMI (Body Mass Index).

Khoirunnisa Izzati, selaku pelaksana kegiatan tersebut yang juga merupakan mahasiswi Fakultas Kedokteran tingkat 4 menegaskan urgensi diadakannya pengecekan kesehatan ini, “Acara ini sangat menunjang pendataan kesehatan anggota bu’uts, terutama untuk mengidentifikasi warga yang mempunyai penyakit bawaan dari Indonesia. Sehingga kita bisa menanggulangi dari bangkitnya penyakit tersebut” ujarnya.

Selain itu, Mohammad Al-Ghozali selaku ketua almamater FADAN Mesir juga menekankan pentingnya bagi Masisir memastikan kesehatan badan sebagai perantauan, “…karena banyak di antara kita khususnya Masisir, yang kurang menjaga pola hidup sehat terutama pada makanan. Karna disini kita mengandalkan diri sendiri, tanpa adanya kontrol dari orang tua…” tekannya.

Kegiatan pengecekan kesehatan ini disambut baik dan memiliki dampak positif. Mohammad Al-Ghazali menambahkan, “semoga Healthy Day ini bisa diadakan setiap setahun, minimal 2 kali, atau kalau ga bisa, sekali ga papa” ungkapnya.

reporter: Hanura Dewi Fadilah

editor: redaktur

Read more
27Apr

Ormaba Bu’uts: Momentum Sosialisasi dan Pengenalan Dinamika Masisir

April 27, 2023 buutsfpib News 6

Ormaba (Orientasi Mahasiswa Baru) Bu’uts menjadi sebuah event tahunan yang tak bisa dilewatkan begitu saja oleh setiap mahasiswa baru di Madinatul Bu’ust Al-Islamiyah, kegiatan Ormaba kali ini baru saja digelar pada Senin (24/04/2023) dan Selasa (25/04/2023) di Qoah 15, Bu’ust Banin. Kegiatan tersebut diikuti oleh 57 mahasiswa yang sudah sampai di Mesir dari 102 mahasiswa yang terdaftar sebagai penerima beasiswa Al-Azhar tahun 2023. Kegiatan Ormaba ini menjadi sebuah momentum sosialisasi dan pengenalan dinamika Masisir yang penting guna membekali mahasiswa baru dalam dunia perkuliahan, asrama, keamanan dan ketertiban, hingga seputar kesehatan.

Bagas Ade Prakosa selaku Dewan Pengurus Organisasi Badan Otonom KPBA (Komite Pemberkasan Beasiswa Al-Azhar) mengingatkan urgensi mengetahui rangkaian administrasi selama di bu’ust, “.…karna ini urgent sekali, jika antum tidak mengetahui alur administrasi, fatal jadinya. Bisa jadi beasiswa antum ga turun, atau bahkan lebih parahnya lagi antum diusir dari bu’ust…” tegasnya.

Feri Putra Kurniawan selaku Ketua Umum FPIB yang juga menjadi salah satu pemateri dalam sosialisasi bagian kesahatan acara tersebut mengingatkan untuk tidak pernah menganggap sepele setiap sakit yang dirasakan, “…. ah, hanya mimisan. jangan pernah sepelekan penyakit di negara orang, syukur ada yang ngurusin di sini…” ujarnya.

Acara tersebut kemudian ditutup dengan kegiatan outdoor di Hadiqoh Dauliyah dengan berbagai permainan menarik untuk memupuk ukhuwah diantara para peserta.

reporter: Aisy Nabila Munawwarah

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
20Apr

Menyikapi Penghujung Ramadhan melalui Burdah

April 20, 2023 buutsfpib Khazanah Islam 7

Oleh : Muhammad Awwabinhafizh

Di penghujung bulan Ramadhan tentunya kita harus memiliki sikap sedih sebagai orang muslim. Bagaimana tidak? Bulan ini disebutkan sebagai bulan yang penuh rahmat, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat, serta terdapat di dalamnya satu malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan, seperti yang diriwayatkan dalam sebuah hadits. Maka, bulan ini dijadikan oleh mayoritas umat islam sebagai ajang untuk taqarrub kepada Allah SWT.

Selanjutnya, para ulama sepakat, agar setiap muslim memiliki sifat roja’ dan khouf dalam menjalankan syari’at Islam. Meskipun, dalam pemakaiannya ada perbedaan, madzhab Imam Malik menganjurkan supaya lebih memperbesar sifat khouf daripada roja’ saat dalam keadaan sehat. Dan sebaliknya, jika dalam keadaan sakit ataupun keadaan sakaratul maut, maka dianjurkan untuk memperbesar sikap roja’nya. Sedangkan menurut madzhab Imam Syafi’I, menjadikan keduanya seimbang layaknya dua sayap dalam keadaan sehat ataupun sakit.

Setelah kita semua melakukan berbagai macam usaha untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka di akhir bulan Ramadhan kita sebaiknya memiliki sifat roja’. Apa itu roja’? Yaitu, mengharapkan sesuatu yang ia sukai di masa yang akan datang dengan melakukan usaha untuk mengambil sebab-sebab terwjudnya keinginan tersebut. Usaha untuk mengambil sebab inilah, yang membedakan antara roja’ dan toma’.

Kembali lagi, berbicara tentang roja’, penulis ingin menyertakan dua bait Burdah karangan Imam Bushiri yang dapat kita ambil pelajaran bersama. Seperti yang kita ketahui, bahwa Imam Bushiri menuliskan qasidah Burdah saat terkena penyakit lumpuh yang tidak ada dokter pada zaman itu bisa menyembuhkan. Kemudian, dalam fasl-nya yang terakhir (fasl 10) Imam Bushiri menuliskan:

يا نفس لا تقنطي من زلّة عظمت

إنّ الكبائر في الغفران كاللمم

لعلّ رحمة ربّي حين يقسمها

تأتي على حسب العصيان في القسم

“Wahai Jiwa, janganlah putus asa karena dosa besar. Sesungguhnya dosa besar seperti halnya dosa kecil dalam kemungkinan diampuni oleh Allah.”

“Semoga rahmat Allah ketika dibagi-bagikan (pada hari akhirat), dibagikan sesuai ukuran kemaksiatan yang ia lakukan“

Bait pertama mengajarkan kepada kita, agar tidak pernah putus asa dalam mengharapkan rahmat Allah, mengingat rahmat-Nya yang begitu luas. Di sini juga dijelaskan, bahwa Allah dengan rahmat-Nya, memungkinkan untuk mengampuni dosa-dosa besar yang dilakukan oleh seorang muslim. Bait ini sekaligus menentang pendapat madzhab Mu’tazilah yang mengatakan bahwa, seorang muslim yang melakukan dosa besar akan kekal di dalam neraka, meskipun azabnya lebih ringan daripada seorang kafir (manzilah baina manzilatain).

Sedangkan bait kedua, menjelaskan harapan dari Imam Bushiri dalam mendapatkan rahmat-Nya di hari akhir nanti. Barang siapa yang mendapatkan dirinya kemaksiatan yang besar, akan mendapatkan rahmat (rahmat untuk menututpi kemaksiatan) dari-Nya yang besar pula. Begitu pula, jika ia melakukan kemaksiatan yang kecil. Atau dengan kata lain, rahmat yang didapatkan sebanding dengan kemaksiatan yang diperbuat.

Bagaimana Imam Bushiri berharap demikian, bukan lain karena rahmat Allah begitu luas dan tidak ada batasnya. Sebaliknya, kemaksiatan hanyalah bersifat sementara, ia akan berhenti setelah tidak adanya kehidupan di dunia. Juga, harapan besar Imam Bushiri ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW;

قال رسول الله صلّ الله عليه وسلّم : إنّ لله مئة رحمة يرحم بها عباده، وضع منها رحمة واحدة في الدنيا فبها يتراحمون و يتعاطفون حتّى إنّ البهيمة لترفع حافرها عن ولدها خشية أنْ تطأه و أخّر سبحانه و تعالى تسعا و تسعين رحمة يرحم عباده يوم القيامة (رواه مسلم)

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
16Apr

Keistimewaan Lailatul Qadar

April 16, 2023 buutsfpib Khazanah Islam 8

oleh: Zhilaluha Austi

بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّآ أَنزَلْنَـٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ ١

وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ ٢
لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌۭ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍۢ ٣
تَنَزَّلُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍۢ ٤
سَلَـٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ ٥

Di antara keistimewaan Ramadhan, ada malam yang sangat agung dan mulia, yakni Lailatul Qadar. Berikut 7 Keistimewaan Lailatul Qadar:

  • Malam di mana Allah menurunkan Al-Quran dari secara utuh dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah. Kemudian diturunkan kepada Rasulullah SAW pada 17 Ramadhan melalui Jibril a.s. berupa wahyu pertama Q.S. Al ‘Alaq:1-5.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan“. (QS. Al-Qadar [97]: 1)

Hadits riwayat Imam Nasa`i dan Hakim dari Ibnu Abbas ra:

فصل القرآن من الذكر فوضع في بيت العزة من السماء الدنيا فجعل جبريل ينزل به على النبي صلى الله عليه وسلم

“Diturunkan Al-Quran dari az-Zikr (Lauh Mahfudh) maka di letakkan di Baitul ‘Izzah di langit dunia, kemudian malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi SAW (H.R. Imam Nasai , Hakim, Thabrani).”

Hadits riwayat Nasai, Hakim dan Baihaqi dari Ibnu Abbas:

أنزل القرآن جملة واحدة إلى سماء الدنيا ليلة القدر ثم أنزل بعد ذلك في عشرين سنة

“Diturunkan Al-Quran satu jumlah kepada langit dunia pada malam lailatul qadar kemudian di turunkan (kepada Rasulullah SAW) setelah demikian dalam masa 20 tahun.” (H.R. Nasai, Hakim, Baihaqy, Ibnu Mandah).

Hadits riwayat Hakim dan Baihaqi:

عن ابن عباس أنه سأله عطية بن الأسود فقال أوقع في قلبي الشك قوله تعالى: {شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ} وقوله: {إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ}. وهذا أنزل في شوال وفي ذي القعدة وفي ذي الحجة وفي المحرم وصفر وشهر ربيع. فقال ابن عباس إنه أنزل في رمضان في ليلة القدر جملة واحدة ثم أنزل على مواقع النجوم رسلا في الشهور والأيام

Dari Ibnu Abbas, beliau ditanya oleh Athiyah bin Aswad. Athiyyah berkata: “timbul keraguan padaku atas firman Allah شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآن  (al-Baqarah 185) dan firman Allah إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (al-qadar 1) sedangkan ayat ini di turunkan pada bulan syawal, bulan Dzul Qa’dah, DzulHijjah, Muharram, Safar dan bulan Rabi`. Ibnu Abbas berkata: sesungguhnya di turunkan al-quran dalam malam lailatul qadar secara satu jumlah keseluruhan kemudian di turunkan berdasarkan waktu kejadian dalam beberapa bulan dan hari karena sebagai kasih sayang (bagi umat)” (H. R. Thabrani).

  •   Malam yang lebih baik dari 1000 bulan.

لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌۭ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan“. (QS. Al-Qadar [97]: 3)

Malam yang lebih baik dari kebaikan dalam 1000 bulan atau sekitar 83 tahun. Umat terdahulu diberi Allah umur yang panjang hingga ratusan tahun; sehingga bisa beribadah dengan banyak, sedangkan umat Rasulullah berumur pendek, Maka Allah jadikan malam Lailatul Qadar salah satu rahmat Allah untuk umat Rasulullah agar bisa beribadah dengan pahala berganda.

  • Malam penuh keberkahan.

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.” (Q. S. Ad-Dukhan: 3)

  • Malaikat dan Ruh turun pada Lailatul Qadar.

تَنَزَّلُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍۢ

“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan” (QS. Al Qadar: 4)

  • Malam kesejahteraan dan penuh keselamatan

سَلَـٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ

“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al Qadar: 5)

  • Malam dicatatnya takdir tahunan

فِيْها يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْم

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (QS. Ad-Dukhan: 4)

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menerangkan bahwa pada Lailatul Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh mengenai penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal dan rizki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu hingga akhir dalam setahun. Demikian diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, Abu Malik, Mujahid, Adh Dhahhak dan ulama salaf lainnya.

  • Malam pengampunan

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

مَنْ قَام لَيْلَةَ القَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)

Mengenai waktunya “Kapankah Lailatul Qadar itu?” Para ulama sepakat bahwa ia tersembunyi di 10 hari terakhir. Disembunyikan agar semua orang berlomba mencarinya di seluruh tempat persembunyiannya. Dan Hendaknya kita membaca Doa yang Rasulullah SAW ajarkan kepada Sayyidah Aisyah r.a ketika mencari malam Lailatul Qadar:

اللهم إنك عفو تحبّ العفو فاعف عني

Allah adalah Yang Maha Mengetahui segala kebutuhan makhluq-Nya dan selalu memenuhi seluruh kebutuhan makhluq-Nya. Sebagaimana Allah menghadiahkan Lailatul Qadar untuk umat muslim karena umur kita yang singkat sedangkan kita belum banyak beramal. Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Penyantun, dan Yang Maha Memberi telah memberikan untuk umat Rasulullah SAW kelebihan yang tidak ada pada umat yang lain atas rahmat-Nya karena Allah SWT mengutus Nabi Muhammad sebagai nabi penutup. Maka Allah sempurnakan Islam sebagai agama kebenaran yang kamil.

اللهم صل على محمد إمام المرسلين

لمّا كان يبحثون لك اسما به تُعَنوَن
لم يجدوا لك لقبا إلا حبيبا
لكون الحبّ أعظم عامل للجنون
يفكّرون عنك وليس هو طلبا
يسمّونك الساحر وأنت من المسلمين
يسحّرون الدنيا حتى تشتهر مِنك اسما
إلى يوم الفتح وهم مستسلمون
لقد ظهر الحق أنك عند الله رسولا

Ketika kaum kafir Quraisy sibuk mencari sebutan untuk menudingmu perih.
Mereka tidak mendapati julukan yang lebih sesuai selain seorang kekasih.
Karena tidak ada yang bisa membuat seseorang menjadi gila lebih dari cinta.
Engkau tidak gila, sedang mereka telah gila memikirkanmu siang malam tanpa dipinta.
Mereka sepakat menyebutmu penyihir karena engkau mengucap salam.
Tapi merekalah yang menyihir dunia dengan namamu ke seluruh penjuru alam.
Hingga tiba hari fath dimana mereka menyerah dan mengaku salah.
Kenyataan yang haqq bahwa engkau memang adalah Rasulullah.

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
13Apr

Inilah Cara Masisir Merayakan Ramadhan

April 13, 2023 buutsfpib Khazanah Islam 7

oleh: Amiruddary Nur Mustofa

Sebagai seorang muslim, tentunya kita menyambut dengan gembira atas datangnya bulan suci Ramadan. Bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini merupakan kesempatan emas bagi orang-orang untuk menjalaninya dengan berbagai cara. Masyarakat Indonesia -seperti yang kita ketahui- menjalani ibadah Ramadan ini dengan segala tradisi dan amalannya. Sekarang, marilah kita menengok: bagaimana cara orang Indonesia melewati Ramadan di luar negeri?

Ramadan di Mesir tentunya mempunyai suasana yang berbeda dengan Ramadan di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang mayoritas merupakan pelajar dan mahasiswa di Al-Azhar dikenal sebagai salah satu yang terbesar jumlahnya di antara pelajar asing lain. Sebagai orang Indonesia di Mesir, kami, para mahasiswa yang biasanya juga disebut sebagai ‘Masisir’ ini mempunyai cara untuk menjalani Ramadan di Mesir. Ada beragam hal yang bisa ditemui oleh Masisir di sini.

Penasaran? Inilah ragam kegiatan kami selama bulan Ramadan:

  • Ngaji

Mesir terkenal sebagai kiblat bagi para penuntut ilmu. Saat Ramadan tiba, beberapa pengajian memang diliburkan dan dilanjutkan setelah Ramadan berakhir.

Apakah artinya tempat-tempat pengajian menjadi sepi?Oh, tidak!

Kegiatan pengajian dan talaqqi tidak serta-merta menurun begitu saja. Bahkan, berbagai tempat mengadakan pengajian yang dikhususkan di bulan Ramadan ini. Biasanya, pengajian-pengajian ini memfokuskan kepada kajian hadis, sirah, dan tasawuf.

Selain itu, ada pula beberapa majelis peringatan hari-hari tertentu, seperti majelis peringatan Nuzulul Quran atau peringatan perang 10 Ramadan (perang Mesir melawan Israel). Biasanya, majelis ini diadakan di Masjid Al-Azhar setelah salat Tarawih.

  • Berburu Ma’idah

Salah satu kebiasaan orang Mesir yang terkenal di bulan Ramadan adalah memberi makan dan minum orang-orang yang berbuka puasa. Biasanya disebut juga dengan Maidatu-l Rahman. Berbagai kalangan dari berbagai tempat mengadakan acara buka puasa bersama setiap hari, dengan menu makanan yang beraneka ragam pula.

Inilah yang dicari oleh para mahasiswa: “Menu Berbuka, dengan Percuma!” Biasanya, kami mulai keluar dari rumah setelah shalat Ashar dan mulai berburu dan mencari tempat yang menyediakan Maidatu-l Rahman ini. Kami saling bertukar informasi mengenai tempat yang menyediakan menu berbuka gratis, plus lokasi dan menu yang disediakan. Tak jarang dari kami yang berpindah-pindah tempat berbuka setiap harinya.

  • Tarling

Kairo terkenal sebagai ‘Kota Seribu Menara’. Bila kalian keluar dari kamar dan berkeliling kota, kalian akan menemukan pemandangan menara-menara yang menghiasi kota. Sejak awal mula Islam berkembang di Mesir, masjid-masjid yang besar dan indah dibangun di seluruh penjuru kota. Banyak dari masjid-masjid ini yang menjadi warisan: sebagai saksi kejayaan Islam di masa lampau.

Beberapa dari kami memiliki kebiasaan yang sulit dicari di tempat lain: “Tarling!”.“Tarling” atau “Tarawih Keliling” biasanya kami adakan setiap malam, selama bulan Ramadan. Kami berkeliling dari satu masjid ke masjid lainnya dan merasakan bagaimana salat Tarawih diadakan di sana. Tujuan dari tarling ini beraneka macam: ada yang memang ingin merasakan suasana yang berbeda di setiap salat Tarawih, ada yang ingin beribadah sekaligus wisata sejarah, dan lain-lain.

Nah, itulah aneka ragam kegiatan Masisir selama bulan Ramadan berlangsung. Sebenarnya, masih banyak lagi kegiatan-kegiatan Masisir yang lainnya selain tiga hal yang ada di atas. Tentunya, di bulan Ramadan ini kami juga memperbanyak ibadah dan amalan-amalan kebaikan sebagaimana yang dianjurkan oleh para guru dan masyayikh kami.

Semoga amal ibadah kita diterima dan ketakwaan kita bertambah di Ramadan kali ini. Amin.

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
12Apr

Amalan Sunnah di Bulan Ramadhan

April 12, 2023 buutsfpib Khazanah Islam 5

oleh: Cindy Sasdita

Sebagai bulan yang istimewa bagi umat Nabi Muhammad saw, bulan tersebut memiliki sejumlah amalan-amalan sunnah yang patut dikerjakan oleh seorang Muslim guna menyempurnakan amalan wajibnya. Berikut adalah sepuluh amalan sunnah di bulan Ramadhan.

  • Melaksanakan sahur

Selain sebagai suplai tenaga di siang hari pada bulan Ramadhan, sahur juga menjadi salah satu amalan sunah di bulan Ramadhan, lebih dianjurkan untuk diakhirkan selama tidak sampai masuk waktu yang diragukan: apakah masih malam atau sudah terbit fajar.

Rasulullah saw bersabda:  

  لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا أَخَّرُوا السَّحُورَ وَعَجَّلُوا الْفِطْرَ 

 Artinya, “Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka,” (HR Ahmad).

Rasullullah SAW juga bersabda bahwa makan sahur merupakan berkah dan dianjurkan untuk tidak meninggalkannya, walaupun hanya minum setenggak air. Allah dan para malaikat mendoakan orang yang makan sahur. Sahur memiliki keberkahan sendiri, karena dapat membuat orang puasa menjadi kuat dan terasa ringan untuk menjalankannya.

  • Menyegerakan berbuka puasa

Hendaknya orang berpuasa untuk segera berbuka begitu waktu maghrib tiba. Selain itu, berbuka lebih dianjurkan untuk memakan kurma, atau jika tidak ada maka bisa dengan air putih biasa.   

Menyegerakan berbuka puasa adalah hal yang mudah dilakukan untuk memperoleh amalan. Hal ini terdapat dalam HR. Al-Baihaqi :

كان أصحاب محمد صلى الله عليه و سلم أعجل الناس إفطارا وأبطأهم سحورا

“Para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling bersegera dalam berbuka puasa, dan paling akhir dalam sahurnya”.

  • Membaca doa saat berbuka puasa

Di antaranya adalah doa berikut:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلَتُ ذَهَبَ الظَّمَأُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ يَا وَاسِعَ الْفَضْلِ اِغْفِرْ لِي اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ   

Atau doa yang lebih masyhur berikut: 

  اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِ 

  • Mandi besar

Mandi besar dari junub, haid, atau nifas sebelum terbit fajar agar bisa menunaikan ibadah dalam keadaan suci, di samping khawatir masuk air ke mulut, telinga, anus, dan sebagainya jika mandi setelah fajar.   

  • Menjaga ucapan

Menjaga ucapan dari perkataan-perkataan yang tidak bermanfaat, terlebih jika bisa menimbulkan dosa. Sebab, hal itu bisa mengurangi pahala puasa.

Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasannya Nabi bersabda bahwa puasa bukan hanya untuk menahan diri dari makan minum saja. Melainkan juga untuk menahan dri dari kata-kata laghwu dan rafats. Laghwu adalah perkataan tidak berfaedah sedangkan rafats adalah perkataan jorok.

  • Menghindari hal-hal yang tidak sejalan dengan hikmah puasa

Kendati tidak membatalkan puasa, umat Islam dianjurkan untuk menghindari hal-hal yang tidak sejalan dengan hikmah puasa, seperti berbuka puasa sampai perut menjadi kekenyangan atau melakukan sesuatu yang bertujuan untuk memuaskan nafsu. 

  •   Memperbanyak sedekah

Orang yang berpuasa hendaknya memperbanyak sedekah kepada sesama, terutama sedekah makanan atau minuman untuk berbuka puasa. Sebab, orang yang memberi makanan atau minuman untuk orang berpuasa mendapat pahala yang setimpal dengan pahala puasa orang yang disedekahi. 

Bersedekah saat Ramadhan juga merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh Rasul. Kedermawanan beliau diibaratkan seperti angin berhembus. Menurut HR Bukhori, Rasul adalah manusia yang paling dermawan dan kedermawanannya meningkat saat Ramadhan apalagi Jibril datang menemuinya.

  • Memperbanyak i’tikaf di masjid

Sebaiknya i’tikaf dilakukan selama satu bulan penuh, tapi jika tidak bisa maka diutamakan sepuluh hari terakhirnya saja karena pada hari-hari itu terdapat malam Lailatul Qadar.   

Iktikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari ridha Allah dan intropeksi diri atas perbuatan-perbuatannya. Saat pandemi, beriktikaf menurut Quraish Shihab yang dilansir dari pemberitaan di detik pada (24/4/20), iktikaf dapat dilakukan di rumah. Karena tujuan dari iktikaf itu sendiri adalah merenung. Quraish juga menambahkan bawasannya dalam menjalankan iktikaf harus melihat substansinya yaitu merenung, intropeksi diri, dan muhasabah. Hal tersebut tidak harus dilakukan di masjid dapat juga di rumah.

  • Memperbanyak membaca Al-Qur’an

Bulan Ramadhan adalah bulan dimana Al-Qur’an diturunkan. Oleh karena itu mengaji atau tadarus adalah amalan sunnah di bulan puasa Ramadhan yang sangat dianjurkan.Berikut adalah hadist mengenai tadarus:

وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ

“Jibril menemuinya pada tiap malam malam bulan Ramadhan, dan dia (Jibril) bertadarus Al-Quran bersamanya. (H.R. Bukhari No. 3220)

Paling tidak bisa mengkhatamkan satu kali dalam satu bulan Ramadhan. Semakin banyak khatam semakin baik sebagaimana dianjurkan oleh banyak ulama.

  • Perbanyak Berdoa

Dalam hadist yang diriwayattkan Abu Hurairah terdapat tiga doa yang tidak akan pernah ditolak oleh Tuhan. Ketiga orang tersebut adalah doa orang yang berpuasa sampai dia berbuka, doa dari pemimpin yang adil, dan doa orang yang teraniaya. Oleh karena itu saat bulan Ramadhan perbanyaklah berdoa, niscaya akan dikabulkan oleh Allah.

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
11Apr

Rahasia Nuzulul Qur’an

April 11, 2023 buutsfpib Khazanah Islam 7

Oleh: Fadilah Hana

Al-qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad di bulan Ramadhan. Maka dari itu di antara beberapa amalan pokok yang diajarkan Rasululah ketika ramadhan di antaranya adalah membaca al-qur’an, menghidupkan shalat-shalat sunnah, dan memperbanyak berinteraksi dengan al-qur’an. Agar kita lebih mencintai al-qur’an, yuk simak rahasia apa saja yang mengenai turunnya al qur’an!

Nuzul berati turun, di dalam Al-Qur’anqur’an setidaknya terdapat dua kata yang menunjukkan makna turun, yaitu هبط dan نزل. Namun هبط bermakna turun, yang secara fisikal digunakan untuk aktivitas yang sifatnya menetap. sedangkan نزل mencakup makna yang lebih umum.

Beberapa ulama berpendapat bahwa Al-Qur’an memiliki makna spesifik yang membedakan dengan karya-karya atau bacaan-bacaan lain, dan menunjukkan kepada firman Allah SWT bukan yang lain; karena itu disebutkan langsung dimulai dengan ال. Ada sebagian juga yang berpendapat berasal dari kata qur’un yang berati bunyi yang terdengar, yang mana kalau sengaja diperdengarkan disebut dengan qirāah. Dan apabila terus diperdengarkan berkali-kali tanpa henti, maka kalimatnya diubah menjadi kalimat yang superlatif dengan sighah mubalaghoh yaitu Al-Qur’an. Dari sini dapat disimpulkan bahwa penamaan Al-Qur’an memiliki pesan bahwa Al-Qur’an mengandung sebuah zat akan dibacakan terus menurus tanpa bosan, sebagaimana kita membaca al fatihah dan surat lainnya di dalam sholat dan selalu diulang berkali-kali.

Yang dimaksudkan Al-Qur’an adalah bunyinya ketika dilafadzkan, namun jika yang dimaksudkan adalah yang dituliskan dalam bentuk dua jilid yang berisi firman Allah maka dinamakan mushaf. kalau berasal dari susunan, bentuk dan petunjuk yang sempurna, indah, tidak ada yang keliru dalam penulisannya, dan begitu diamalkan bimbingannya jelas; maka susunan yang sempurna dan petunjuk itu disebut dengan kitab. Sebagaimana ditulis dalam Q. S al-Baqarah ayat 2:

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَارَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ (2)

“Kitab (al-qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang yang bertaqwa”

Bila mana yang disebutkan dalam ayat adalah أُنْزِلَ فِيْهِ مُصْحَفْ, maka yang dimaksud adalah tulisannya. Namun Allah berfirman أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنَ, maka yang dimakasud adalah firman Allah, dan dahsyatnya kalimat itu bisa disimpan dan dimasukkan dalam jiwa kita serta dihafalkan sehingga tanpa mushaf pun bisa dibawa dalam jiwa kita.

Diantara hal luar biasa yang ada dalam turunnya Al-Qur’an adalah:

  1. Keistimewaan Al-Qur’an. Karena istimewanya tidak diturunkan oleh Allah Al-Qur’an kecuali bersanding dengan hal-hal yang istimewa, diantaranya: waktu, pilihan Rasul, pilihan malaikat, agama, keutamaan mukjizat yang terkait dengan pahala.
  2. Dari segi waktu, Allah turunkan di bulan Ramadhan, yang merupakan bulan mulia di antara 12 bulan lainnya. Yang di siang dan malam harinya terdapat ampunan, sepuluh hari pertamanya adalah rahmat, sepuluh hari keduanya adalah ampunan dan sepuluh hari terakhir nya adalah dibebaskan dari api neraka.
  3. Rasul yang dipilih Allah bukanlah rasul yang biasa, melainkan Rasul yang paling utama yaitu Nabi Muhammad.
  4. Malaikat yang diutus untuk menurunkan Al-Qur’an dengan izin Allah adalah malaikat Jibril. begitu ditugaskan, malaikat Jibril seketika menjadi sayyidul malaikat. Karena itu ketika malam lailatu-l-qadr tiba, disebutkan dalam surat al-qadr bahwa malaikat turun ke bumi, sedangkan penyebutan malaikat jibril dispersifikan dengan sebutan ruhul malaikat.
  5. Agama Islam merupakan agama yang diutus oleh Rasulullah dengan mukjizatnya yaitu al-qur’an, sehingga Allah jadikan agama yang paling sempurna.
  6. Karena saking istimewanya Al-Qur’an sehingga segala yang berhubungan dengannya Allah jadikan istimewa juga, sebagaimana pada poin-poin yang telah disebutkan.
  7. Malaikat Jibril bersama para mailakat turun ke bumi. Pada malam diturunkannya Al-Qur’an di antaranya adalah pada malam lailatu-l-qadr, Susana pada malam itu tenang dan tentram serta Allah menurunkan malaikat ke bumi. Dalam Q. S Al-Qadr: 4-5 yang artinya: “Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah ( malam itu sampai terbit fajar).
  8. Malam diturunkannya Al-Qur’an adalah malam yang penuh berkah. sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Dukhan: 3 ”Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkah Sunguh Kamilah yang memberi peringatan”.

“Jika semua yang berhubungan dengan Al-Qur’an saja menjadi istimewa, maka bagaimana kita tidak senang, karena Al-Qur’an ditujukan untuk umat Nabi Muhammad, maka berati kita pun termasuk istimewa. Namun, sudahkah kita mengistimewakan al-qur’an dan menjadikannya pedoman. Musik bisa menggambarkan keadaanmu, tapi Al-Qur’an bisa memberikan solusi bagimu”

Sumber:

https://pppa.id.kabardaqu

Ceramah Ustadz Adi Hidayat

Abu Fida Imaduddin Ismail bin Umar, Fadhail Qur’an, (Kairo: Perpustakaan Ibn Taimiiyah, 1416).

Sulaiman Muhammad, Fahmu Judzuuri-l-Bayan Li-Syaikh Ghozlani, (Kairo: Maktabah Iman: 2023).

editor: redaktur

Read more
08Apr

Seminar Tajwid dan Qira’ah ‘Asyrah: Mengulik Kesalahan-Kesalahan Pengucapan Huruf Hijaiyah

April 8, 2023 buutsfpib News 8

Divisi Keilmuan FPIB baru saja menyelenggarakan Seminar Tajwid dan Qira’ah ‘Asyrah serta Tahsin Al-Fatihah pada Jum’at (07/04/2023) di Markaz LDTQN (Lembaga Dakwah Tarekat Qodiriah wa Naqsabandiyah). Seminar tersebut dibagi menjadi 3 sesi, yaitu sesi tajwid makharijul huruf dan sifatnya, sesi tahsin Al-Fatihah, lalu dilanjutkan sesi pengenalan qira’ah ‘asyrah. Kajian Ramadhan tersebut banyak mengulik kesalahan-kesalahan pengucapan huruf hijaiyah, baik dari segi cara pelafalan hingga kesalahan yang banyak tersebar.

Tgk. Fakkar Khaidir Zulkifli Madjid selaku pemateri yang juga muqri’ halaqah Qur’an Syekh Abdul Qadir, menekankan bahwa kesalahan yang kerap kali terjadi dan banyak tersebar adalah pelafalan huruf hijaiyah yang sama seperti pelafalan huruf alfabet Indonesia, “…kebanyakan dari kita mengira bahwa huruf-huruf tersebut sama seperti huruf di Indonesia,” jelasnya.

Selain itu, ia menambahkan bahwa penyempurnaan sifat huruf merupakan hal yang penting, mengingat kurang tepatnya dalam memberikan sifat atau bahkan menanggalkannya pada sebagian huruf dapat mengubah huruf lalu memberikan arti yang berbeda.

Hana Aprilia selaku panitia kegiatan berharap, manfaat dari kegiatan tersebut tak hanya dirasakan warga bu’uts saja, namun juga bisa dirasakan oleh masisir secara luas, “…Semoga FPIB dapat memberikan banyak manfaat, bukan hanya bagi warga Bu’ust namun juga masisir itu sendiri.” ujarnya.

reporter : Aisy Nabila Munawwarah

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
05Apr

Puasa; Momentum Recharghing Kebahagiaan, Memaknai Ramadhan ala Animator Jepang

April 5, 2023 buutsfpib Khazanah Islam 7

oleh: Atina Husna

Ramadhan, merupakan salah satu bulan yang senantiasa dirindukan oleh umat islam. Suasana yang hangat dan teduh menjadikan ramadhan dirasa tepat sebagai momentum untuk refleksi diri dari segala pelik duniawi. Tak hanya itu, pernak-pernik yang meriah pun turut menghiasi jalanan atau rumah-rumah bahkan sejak jauh-jauh hari. Dilengkapi juga dengan berbagai ciri khas lainnya seperti makanan, minuman atau tradisi unik yang menambah kentalnya nuansa ramadhan khususnya di negara mayoritas muslim. Contohnya Mesir, terhitung kurang lebih sejak satu bulan menjelang Ramadhan kita sudah dapat melihat jajaran lampu fanus yang ditawarkan oleh penjual dalam bermacam bentuk. Semakin dekat dengan ramadhan, semarak itu semakin terasa ketika segala pernak-pernik mulai terpasang di jalanan dan pintu-pintu rumah. Nuansa itu bertambah hangat, ketika melihat umat muslim yang saling berlomba-lomba berbagi makanan untuk buka puasa atau biasa disebut maidatur rohman.

Lain halnya dengan Ramadhan di negeri-negeri minoritas, tak terkecuali di Jepang. Tidak ada yang membedakan antara Ramadhan dengan hari-hari biasa. Rutinitas berjalan seperti biasa, tanpa ada hiasan atau makanan khas yang menyambut Ramadhan. Mungkin akan sedikit beruntung bagi mereka yang bertempat tinggal dekat dengan masjid atau komunitas muslim, sesekali dapat merasakan buka puasa dan tarawih bersama ataupun menghadiri kajian-kajian keislaman yang diadakan oleh komunitas muslim setempat. Inilah yang dirasakan oleh Ima seorang Animator muda asal Indonesia yang bekerja di salah satu perusahaan animasi Jepang.

Jepang yang terkenal dengan disiplin waktunya, ditambah lagi pekerjaannya di bidang animasi membuat ia menjalani hari-hari ramadhan sama seperti hari biasanya. Walau tanpa dispensasi waktu kerja, Ima tetap enjoy dalam menjalani puasa. Justru padatnya kesibukan lah yang membuatnya lupa dengan waktu, sehingga tak terasa telah datang waktu berbuka. Dalam sehari ia bisa bekerja kurang lebih 8-9 jam, namun dunia animasi yang padat oleh deadline seringkali juga menuntutnya untuk lembur bahkan hingga akhir pekan. Padahal jika bulan ramadhan jatuh pada musim panas, maka waktu berpuasa bisa mencapai 17 jam, karena waktu siang yang lebih lama. Tapi, itu sama sekali bukan halangan baginya untuk tetap menjalankan apa yang sudah disyariatkan oleh agama.

Tak hanya puasa, tentunya ia juga melaksanakan shalat tarawih. Namun, karena tempat tinggal yang jauh dari masjid maka ia memilih melaksanakannya sendirian. Hal ini juga yang menjadi pertimbangannya agar bisa mengikuti shalat Id berjamaah di masjid. Butuh waktu sekitar satu jam berkendara untuk sampai di sana, oleh karena itu Ima mempersiapkan izin cuti jauh-jauh hari sebelum Hari Raya tiba. “Jepang tidak mengenal sesuatu yang dadakan.” begitu ujarnya. Bahkan ia harus izin maksimal sebulan sebelum hari cuti.

Banyak suka duka yang telah ia lewati, menjadi anak rantau yang jauh dari keluarga saja rasanya sudah sulit. Belum lagi perbedaan kultur dan budaya antar negara yang memaksa seorang anak rantau untuk lekas beradaptasi. Begitu pula dalam hal ibadah, khususnya umat islam. Keberadaan masjid yang bisa dihitung jari di setiap provinsi, menjadikan hal-hal seperti berwudhu di westafel ataupun minimnya tempat khusus untuk shalat menjadi sesuatu yang lumrah. Belum lagi sebagai seorang Muslimah yang juga berkewajiban mempertahankan hijabnya, tentu menjadi cerita tersendiri baginya. Namun, hal-hal tersebut tidak membuat semangatnya surut untuk beribadah, “Aku beribadah karena merasa aku butuh, aku butuh buat beribadah itu.” Ucapnya tegas.

Ramadhan selalu meninggalkan hikmah bagi siapa saja, ini pula yang dirasakan olehnya. Bahkan sudah sejak bulan Sya’ban ia mencium harum sukacita Ramadhan. Menurutnya puasa merupakan ajang refleksi diri di tengah padatnya rutinitas, ada kebahagiaan tersendiri manakala menjalaninya, “Ketika berbuka dan melepas dahaga, aku merasa ada ketenangan sendiri dalam jiwa. Karena puasa pun bukan hanya seputar menahan nafsu dari makan minum saja, tapi juga terkait psikis dan mental.” Ujarnya.

Selain berbagi cerita, Ima juga turut menuturkan harapannya di bulan Ramadhan ini “Walaupun hari-hariku tidak berbeda, tapi bulan Ramadhan lebih menampar aku dibanding bulan-bulan lainnya. Seperti ada dorongan dan bisikan, I must be better, and I must be happier then before.”. Karena, ia tidak memungkiri kesyukuran inilah yang menjadi kunci kebahagiaan di tengah padatnya rutinitas, selayaknya orang Jepang yang bahkan terkenal rentan dengan kebiasaan bunuh diri. “Dan pastinya kebahagiaan ini turut berdampak ke sekitar, dengan lingkungan kantor yang setiap individunya sibuk dengan isi kepalanya sendiri menjadi lebih tenang, karena tersalurkan oleh kebahagiaan dan ketenangan dari diri kita.” Lanjutnya lagi. Ia juga berharap semoga apa yang dijalaninya dari seluruh rangkaian ibadah dapat menjadi dakwah baik bagi dirinya sendiri atau orang lain. Ima hanya ingin berbagi dan mengenalkan kepada dunia khususnya Jepang bahwa Islam itu Indah.

Yups, Islam itu indah. Selalu ada hikmah dalam setiap ibadah yang disyariatkan. Di mana pun kaki kita berpijak, bagaimana pun dan siapa pun diri kita sudah sepantasnya untuk tidak lupa tujuan kita diciptakan.

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
01Apr

Amalan bagi Wanita Haid di Bulan Ramadhan agar Tetap Berkah dan Berpahala

April 1, 2023 buutsfpib Khazanah Islam 8

oleh: Sayyida Aisyah Zahira

Haid adalah kodrat setiap perempuan dewasa. Keluarnya darah haid akan menghalangi dan membatalkan puasa bagi perempuan. Bahkan, puasa di Bulan Ramadhan yang terhalangi haid harus di-qadha atau diganti setelah selesainya bulan Ramadhan, sebanyak hari puasa yang ditinggalkannya.

Tak jarang, perempuan yang mengalami haid ketika bulan Ramadhan bersedih hati. Pasalnya, Bulan Ramadhan adalah bulan di mana dilipatgandakannya seluruh ibadah dan kebaikan, sedangkan haid menghalanginya untuk mengerjakan beberapa ibadah. Padahal, menjalani puasa dengan berbagai halangan saja sesungguhnya termasuk ibadah sendiri bagi perempuan, karena membutuhkan kesabaran dan keikhlasan untuk melewatinya.

Dalam kitab al-Ibaanah wal l-Ifaadhah fii ahkaamil l-Haidh wa an-Nifaas wal l-istihaadhah, dalam Madzhab Syafi’i disebutkan hal-hal yang diharamkan wanita haid dan nifas, di antaranya:

Sama seperti orang yang berhadats kecil, yaitu:

  1. Shalat
  2. Thawaf
  3. Menyentuh mushaf
  4. Membawa mushaf

Sama seperti orang yang berjunub, yaitu 4 hal yang sudah disebutkan di atas dan beberapa tambahan, di antaranya:

  1. Berdiam diri di masjid atau I’tikaf
  2. Membaca Al Qur’an dengan niat membaca atau beribadah
  3. Puasa
  4. Ditalaq oleh suaminya
  5. Berjalan atau melewati bagian dalam masjid jika takut mengotorinya
  6. Digauli suami di antara pusar sampai lutut
  7. Thaharah atau bersuci dengan niat ibadah

Bulan Ramadhan adalah momen dilipatgandakan kebaikan seseorang. Perempuan yang sedang haid atau nifas memang mendapat batasan untuk menunaikan ibadah-ibadah tersebut. Namun, ia bisa melakukan ibadah-ibadah lain yang jumlahnya lebih banyak. Contoh ibadah-ibadah tersebut, di antaranya:

Pertama, Menuntut Ilmu.

Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Haid tidak menghalangi seorang perempuan untuk menuntut ilmu. Dan barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju surga, seperti sabda Rasulullah SAW:

مَن سلَكَ طريقًا يلتَمِسُ فيهِ علمًا ، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طريقًا إلى الجنَّةِ

Menuntut ilmu bisa dilakukan dengan banyak cara, di antaranya: membaca buku atau kitab, melalui bimbingan guru dengan mendatangi majelis-majelis ilmu, mendengarkan tausiyah di Youtube, dan lain sebagainya.

Kedua, Mendengarkan Murottal Al-Qur’an.

Mendengarkan lantunan Al-Qur’an merupakan amalan ringan yang mudah dilakukan wanita haid. Walaupun tidak bisa membaca al-Qur’an, wanita yang sedang haid bisa mendengarkan lantunan murottal Al-Qur’an. Bisa melalui Youtube, aplikasi Al-Qur’an, soundbox murottal, atau mendengarkan orang yang sedang membaca al- Qur’an.

Ketiga, Berdzikir, Berdoa dan Bershalawat.

Selama keadaan haid, wanita tetap diperbolehkan berdoa, berdzikir dan bersholawat. Ketiga ini merupakan kolaborasi luar biasa yang bisa dilakukan wanita haid dalam Bulan Ramadhan, karena berdzikir, berdoa dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW tidak dibatasi oleh waktu dan bisa dilafalkan kapan pun dan di mana pun.

Seperti dzikir pagi dan petang atau bisa dikenal dengan sebutan al-Ma’tsurat, memperbanyak tasbih (subhaanallah), tahmid (alhamdulillah), tahlil (laa ilaaha illallah) dan dzikir lainnya. Berdoa juga bisa dilakukan siapa pun, kapan pun dan di mana pun, karena berdoa merupakan wujud penghambaan kita kepada Allah. Dengan berdoa, kita bisa meminta apa pun yang kita butuhkan dan ini adalah salah satu cara kita mendekatkan diri kepada Allah. Lalu shalawat, bacaan yang tak boleh luput dari kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Dengan bershalawat, berarti kita cinta, turut selalu mendoakan Nabi Muhammad SAW dan beberapa keutamaan lainnya.

Keempat, Menyiapkan Hidangan Buka Puasa

Nampaknya pahala memberikan hidangan buka puasa tidak terbatas kepada orang yang memberikan makanan dan memberikan buka puasa kepada orang-orang yang berpuasa dengan hartanya; bahkan jika seorang laki-laki membelanjakan hal itu dengan hartanya dan seorang wanita yang memasak makanannya dan menyiapkannya bagi orang-orang yang berpuasa, maka orang laki-laki tadi akan mendapatkan pahala membelanjakan hartanya dan berusaha untuk memberikan buka puasa kepada mereka yang sedang berpuasa dan bagi si wanita juga diharapkan juga akan mendapatkan pahala tersebut karena tenaga dan keletihannya dan memberikan makanan dengan hasil karya tangannya.

Yang menunjukkan hal tersebut adalah hadits berikut ini:

إِذَا أَطْعَمَتْ الْمَرْأَةُ مِنْ بَيْتِ زَوْجِهَا غَيْرَ مُفْسِدَةٍ: كَانَ لَهَا أَجْرُهَا ، وَلَهُ مِثْلُهُ، وَلِلْخَازِنِ مِثْلُ ذَلِكَ ، لَهُ بِمَا اكْتَسَبَ ، وَلَهَا بِمَا أَنْفَقَتْ

“Jika seorang wanita telah memberikan makanan yang belum rusak dari rumah suaminya, maka ia akan mendapatkan pahalanya, dan suaminya pun demikian, dan bagi yang menyimpanya juga demikian, bagi suaminya karena penghasilannya dan bagi istrinya karena ia mensedekahkannya”. (HR. Bukhori: 1440)

Kelima, Bersedekah.

Amalan wanita haid di Bulan Ramadhan yang masih bisa dilakukan adalah bersedekah. Bersedekah merupakan amalan yang mudah dilakukan dan pahalanya besar. Mulai dari berbagi makanan ke tetangga, memberi santunan kepada fakir, miskin dan anak yatim, dan bahkan hanya dengan menebar senyum kepada saudara sudah dihitung sedekah.

Allah SWT berfirman:

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 261)

Allah SWT akan melipatgandakan orang yang bersedekah di jalan Allah sebanyak 700 kali lipat. Lalu, jika sedekah itu dilakukan di Bulan Ramadhan, akan menjadi berapa kali lipat?

Keenam, Mengajar atau Berdakwah.

Wanita haid tetap bisa mengajar atau berdakwah di Bulan Ramadhan. Bentuk pengajaran ilmu yang bisa diberikan ada dua macam:

  1. Dengan lisan seperti mengajarkan, memberi nasehat dan memberikan fatwa.
  2. Dengan perbuatan atau tingkah laku yaitu dengan menjadi qudwah hasanah, memberi contoh kebaikan.

Khusus dakwah dengan qudwah hasanah, yaitu langsung memberikan teladan, maka jika ada orang yang mengikuti suatu amalan atau meninggalkan suatu amalan karena mencontoh kita, itu sama saja dengan bentuk dakwah pada mereka.

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Kebaikan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah kebaikan agama maupun kebaikan dunia. Berarti kebaikan yang dimaksudkan bukan hanya termasuk pada kebaikan agama saja.

Demikianlah amalan-amalan pada Bulan Ramadhan yang bisa dikerjakan oleh wanita haid. Dan masih banyak akhlaqul karimah lainnya yang bisa diamalkan sehari- hari. Semoga dengan megerjakan amalan tersebut, pahala, keberkahan dan ridho Allah bisa terus mengalir kepada kita semua.

Sumber:

Bin ‘Abdillah, ‘Abdurrahman, 2013. al-Ibaanah wa-l-Ifaadhah fii ahkaami-l-Haidwa-n-nifaas wa-l-istihaadhah ‘ala madzhabi-l-Imam asy-Syafi’i.Cairo: Daar ath-Thaalib al- Azhary.

Home

https://islamqa.info

https://kompas.tv

https://islam.nu.or.id

https://merdeka.com

editor: Muhammad Aulia Rozaq

Read more
    123…9
Logo FPIB Kecil Web

FPIB (Forum Pelajar Indonesia Bu’uts) merupakan forum sosial yang mewadahi seluruh pelajar Indonesia yang terdaftar di Madinatul Bu’uts Al Islamiyyah.

FPIB © All rights reserved

Kategori

  • News
  • Info

Info

  • Ijroat Adventure Minhah Dakhili
  • Ijroat Adventure Minhah Khoriji
  • Taqdim Minhah

Tentang Kami

  • About FPIB
  • Kontak