FPIB © All rights reserved
FPIB
  • Home
  • Blog
  • Info
    • Badal Rusum Iqomah
    • Contoh Surat-surat dan Agazah
    • Ijroat Adventure Minhah Khoriji
    • Ijroat Adventure Minhah Dakhili
    • Taqdim Minhah Bu’uts
  • About
Join Grup
FPIB
Join Grup

Madinatul Bu’uts

Home / Blog / Madinatul Bu'uts
30Nov

Multaqo Tsaqofi di Madinatul Buuts: Syekh Ibrahim Al-Hudhud Bocorkan Cara Mengatur Waktu

November 30, 2022 buutsfpib Kabar Azhar, Madinatul Bu'uts, News 19

Kairo, FPIB- Selasa (29/11), Hai’ah Kibar Ulama Al-Azhar Al-Syarif (Dewan Senior Ulama Al-Azhar) mengadakan Multaqo Tsaqofi (cultural forum) di Masjid Madinatul Bu’uts. Multaqo tersebut merupakan acara ke-13 yang diadakan oleh Hai’ah Kibar Ulama di berbagai tempat.

Acara ini dihadiri oleh Syekh Ibrahim Al-Hudhud, mantan rektor Universitas Al-Azhar, Syekh Abdul Fattah Al-Awary, mantan dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar, Syekh Hasan Sholah Al- Shagir, Sekjen Hai’ah Kibar Ulama, dan beberapa syekh lainnya.

Acara ini diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an oleh imam Masjid Madinatul Bu’uts dan Al-Azhar Asy-Syarif, Syekh Mahmud. Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan Syekh Hasan Al-Shagir.

Syekh Ibrahim Al-Hudhud dalam awal penyampaiannya, mengungkapkan kebahagiaannya dapat duduk di antara ulama faqih dan mufassir, Syekh Hasan Al-Shagir dan Syekh Abdul Fattah Al Awariy. Selanjutnya, beliau menasehati para thalibul ilmi untuk bertakwa dan belajar secara sungguh-sungguh. Sebab dengan ketakwaan itulah, Allah banyak memberikan jalan bagi para penuntut ilmu.

“Supaya kalian saling mengingatkan satu sama lain, bahwa kedatangan kalian di Al-Azhar Al-Syarif adalah sebagai penuntut ilmu,” nasehat beliau.

Kemudian beliau mengajarkan bagaimana cara mengatur waktu di setiap harinya. Dalam nasehatnya, beliau menganjurkan agar setiap penuntut ilmu menggunakan waktunya minimal 8 jam setiap hari untuk membaca buku. Dengan rincian, 6 jam buku diktat dan 2 jam untuk buku bacaan ilmiah. Sisanya, 16 jam, digunakan untuk aktivitas harian. Jika pelajar istiqomah melakukan seperti ini, maka ia akan menjadi mahasiswa serta alumni Al-Azhar yang bernilai saat kembali ke negara asalnya.

Syekh Abdul Fattah Al-Awariy membenarkan nasehat Syekh Ibrahim Al-Hudhud. Beliau menambahkan bahwasanya ilmu dan akhlak adalah dua hal yang tidak boleh terpisahkan. Sebab, ilmu yang menjadi warisan nabi, tidak pantas bagi mereka yang menuntut warisannya tanpa mengikuti kemuliaan akhlaknya.

Beliau juga menyampaikan kisah Imam Syafi’i ketika berada dalam masa kesulitan belajar. Hal itu tidak lain disebabkan karena dosa-dosa kecil yang dilakukannya. Selain itu, beliau menegaskan tentang pentingnya memiliki guru dalam belajar. Bahkan hendaknya seorang penuntut ilmu menjalin hubungan baik dengan para ulama dan jangan sampai ada niat untuk meninggalkan mereka.

Reporter: Fatias dan Awwabin

Editor: Nusaibah Masyfu’ah

Read more
29Nov

Seminar Metodologi Penelitian Karya Ilmiah, Peserta Minta Tambahan Waktu

November 29, 2022 buutsfpib Madinatul Bu'uts, News 14

Kairo, FPIB- Divisi Keilmuan FPIB mengadakan Seminar Kepenulisan dan Metodologi Penelitian Karya Ilmiah pada Selasa, 29 November 2022. Acara ini bertempat di Aula Majelis Burdah dan dimulai sejak pukul 10.30 waktu setempat.

Ustadz Fery Ramadhansyah Lc., M.A, pemateri yang diundang dalam acara ini adalah salah satu dosen bahasa Indonesia di Universitas Al Azhar, Kairo. Beliau mengenyam pendidikan sarjananya di Universitas Al-Azhar dan sekarang sedang menjalani program doktoral di Universitas Kairo.

Ketua FPIB, Rima Hasna yang turut menghadiri acara ini memberikan sambutan dan rasa terima kasih kepada pemateri. Khususnya terkait kesediaannya dalam meluangkan waktu untuk membagikan ilmunya. Ia juga menyebutkan, bahwa kemiskinan literasi dalam dunia masisir, lebih-lebih dalam karya ilmiah, yang menjadikan acara ini adalah kesempatan emas bagi semua peserta yang mengikutinya.

Membuka dalam seminarnya, Ustadz Fery menyampaikan pentingnya bagi mahasiswa untuk mampu menulis. Sebab, lazimnya seorang pelajar harus mampu menyampaikan secara baik pengetahuan mereka. Khususnya, bagi yang sudah berada di jenjang mahasiswa, ia dituntut untuk menuliskan sebuah karya ilmiah dan bersikap kritis. Namun beliau mengingatkan kepada mereka yang ingin menuliskan karya ilmiah, wajib untuk menyelami dunia kepenulisan sebelumnya.

“Menulis adalah seni dalam menyusun huruf demi huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, paragraf menjadi sub tema, kemudian rangkaian sub tema itulah menjadi tema,” ucapnya.

Menurut beliau, data dan fakta yang terstruktur adalah nyawa dalam karya yang bersifat ilmiah. Tanpa keduanya, kesalahan dalam karya tulis tersebut adalah fatal. Maka, untuk menjadikan tulisan terstruktur dan sistematis dari pendahuluan, isi, dan penutup, dibutuhkan sebuah metodologi.

Di awal sesi, pemateri akan menyampaikan materi dalam waktu satu jam yang akan disambung dengan sesi tanya-jawab. Untuk menepati waktu durasi, beliau sengaja untuk tidak merincikan pembahasan dan menjelaskan apa yang sekiranya perlu diketahui untuk peserta seminar.

Setelah durasi berlalu, pemateri menghentikan penjelasan dan menyerahkan kembali kepada moderator. Namun, moderator memberikan tambahan waktu kepada pemateri atas permintaan peserta selama 45 menit. Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab oleh 4 peserta.

Reporter: Muhammad Awwabinhafizh

Editor: Nusaibah Masyfu’ah

Read more
30Sep

Hadiri Peringatan Maulid Nabi, Wakil Grand Syekh Al-Azhar Sampaikan Keutamaan Ilmu

September 30, 2022 buutsfpib Kabar Azhar, Madinatul Bu'uts, News 19

Kairo, FPIB- Wakil Grand Syekh Al-Azhar Prof. Dr. Muhammad Al-Dhuwaini menghadiri acara peringatan maulid Rasulullah Saw. yang diadakan pada hari Kamis (29/9) di Stadion Madinatul Bu’uts. Kedatangan beliau juga untuk menyampaikan salam dari Grand Syekh Al Azhar, Prof. Dr. Ahmad Muhammad Ahmad al-Thayeb yang ditujukan kepada seluruh pelajar dan mahasiswa Al Azhar umumnya, dan untuk seluruh wafidin yang tinggal di Madinatul Bu’uts khususnya.

Dalam sambutannya, beliau merasa bahagia bisa bertemu dengan seluruh pelajar dan mahasiswa Al Azhar dari berbagai daerah dan negara. Al-Azhar dan Mesir sangat mencintai para penuntut ilmu. Para penuntut ilmu memiliki kedudukan yang mulia di Al-Azhar dan Mesir. Maka dari itu, pihak Al-Azhar juga Madinatul Bu’uts memiliki tanggung jawab untuk mengayomi dan memberikan hak-hak yang perlu diberikan, khususnya kepada para pelajar asing.

Tak lupa, dalam sambutannya beliau mengingatkan tentang pentingnya ilmu. Sebab, kemajuan sebuah umat tidak didapatkan kecuali dengan ilmu.

“Kedatangan kalian ke Al-Azhar adalah kedatangan untuk menuntut ilmu. Maka, diwajibkan bagi mereka yang datang ke Al-Azhar untuk menggunakan waktunya guna mencari ilmu dan sebab-sebab dibukakannya pintu pemahaman. Dengannya, kalian akan berakhlak mulia sebagaimana agama Islam mengajarkan,” ucapnya.

Harapan beliau, supaya wafidin mampu untuk kembali ke negaranya masing-masing, menjadi guru, da’i, hakim bahkan mufti sepulangnya dari Al-Azhar. Menegakkan sebuah kebenaran dan keadilan guna melestarikan risalah Rasulullah Saw. yang benar. Dan semua itu, akan muncul dengan cara mencintai Rasulullah Saw. Tentunya, merayakan hari kelahirannya salah satu bukti kecintaan kepada Baginda Nabi.

Reporter: Muhammad Awwabinhafizh

Editor: Nusaibah Masyfu’ah

Read more
12Jul

Hadiri Acara Open House, Dr. Sahar Mustafa Berikan Sambutan

Juli 12, 2022 buutsfpib Madinatul Bu'uts, News 14

Rentetan acara Idul Adha 1443 diakhiri dengan tasyakuran warga FPIB. Tasyakuran tahun ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi antarwarga FPIB. Akan tetapi, juga kepada para pemegang jabatan di Madinatul Bu’uts. Terbukti, acara ini turut mengundang Direktur Madinatul Bu’uts dan juga Direktur Madinatul Bu’uts lil Banat.

Sayangnya, ‘Amid Mahmud Abdul Adzim Shabihah, Direktur Madinatul Bu’uts berhalangan hadir. Begitu juga Dr. Musthofa, Mudir Masa’i, yang belum bisa hadir dalam acara ini. Namun keduanya diwakilkan oleh tiga utusan yaitu, Ahmad Ismail Mahmud, Robi’ Muhammad Ali, dan Aiman Abdul Jalil.

Dr. Sahar Musthafa, Mudiroh Aamah Madinatul Bu’uts lil Banat memberikan sambutan hangat,

“Saya bangga dengan para thalib dan thalibah Asia, khususnya Indonesia. Semoga acara kurban ini selalu bertambah baik di setiap tahunnya,” ucapnya.

Dr. Sahar juga mengungkapkan akan kesiapannya untuk membantu para thalib dan thalibah semampunya. Beliau sudah menganggap mereka seperti anak-anaknya sendiri.

Selanjutnya acara dilanjutkan dengan beberapa seni dan penampilan dari warga FPIB. Seluruh yang hadir, ikut menikmati jalannya acara ini. Tak terkecuali para tamu dari perwakilan Madinatul Bu’uts. Mereka sesekali bertepuk tangan ala Mesir mengikuti irama saat penampilan hadroh. Selain itu, tampak tidak hanya warga FPIB yang ikut menikmati acara itu berlangsung, beberapa thalib dari beberapa negara juga turut hadir menonton jalannya acara meskipun dalam keadaan berdiri mengelilingi lapangan.

Uniknya juga, para tamu dari Madinatul Bu’uts juga disediakan makanan khas Indonesia. Gulai dan capcay menjadi santapan mereka saat acara makan-makan berlangsung.

Reporter: Muhammad Awwabinhafizh

Editor: Nusaibah Masyfu’ah

Read more
12Jul

Meriahkan Idul Adha, FPIB Gelar Lomba Memasak Daging

Juli 12, 2022 buutsfpib Madinatul Bu'uts, News 17

Kairo, Fpib.web.id- Ada yang menarik dalam acara Idul Adha tahun ini. Pasalnya, FPIB tidak mengadakan open house di asrama putri. Namun acara hanya diselenggarakan di asrama putra, tepatnya di Taman Thol’at untuk seluruh warga FPIB baik putra maupun putri pada Senin malam (11/07). Tidak hanya itu, perayaan tersebut juga dimeriahkan berbagai penampilan dan juga lomba memasak daging antar angkatan.

Menurut Ana Qonita Tamami, senior FPIB yang sekaligus juri lomba memasak, acara Idul Adha tahun ini sangat meriah dengan inovasi barunya. Seperti hiburan yang dapat memperkenalkan budaya Indonesia kepada negara asing, juga perlombaan memasak yang tidak ada di perayaan tahun-tahun sebelumnya.

Perlombaan memasak daging diikuti oleh empat peserta dengan empat kriteria penilaian untuk menjadi juara. Empat peserta tersebut ialah angkatan Cordova, Hijaz, Al-Quds, dan Alhambra. Sedangkan empat kriteria penilaiannya mencakup cita rasa, keterampilan, kreatifitas, dan ketepatan waktu.

Total hewan kurban yang terkumpul pada tahun ini adalah 10 domba dan 4 kambing. Sebuah angka yang menggambarkan peningkatan antusias warga yang signifikan. Setelah daging kurban didistribusikan, panitia kemudian membagikan satu kilogram daging kepada tiap-tiap angkatan sebagai bahan dasar lomba memasak.

“Semua masakannya enak. Cuma bau amis dari dagingnya belum bisa dinetralisir oleh semua peserta, keempatnya-empatnya,” ujar Qonita.

Setiap angkatan menyuguhkan menu yang berbeda-beda dan tentunya cita rasa khas masing-masing.

“Cordova ini, mungkin karena mereka lebih lama disini jadi dia tau kombinasi bahan yang tepat. Mereka seasoningnya bagus. Kalau Hijaz mereka berani kreatif dengan nasi goreng bunga lawangnya. Cuma dia agak strong, enak tapi di lidah terlalu berlebihan. Kalau Al-Quds, dia masih malu-malu bumbunya. Kalau Alhambra, dia bingung mau condong ke manis apa ke asin. Jadi bumbunya nggak ada kecondongan rasa, masih bingung,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa dalam penjurian, tidak bisa dilihat hanya dari satu aspek saja. Meski di satu sisi terdapat kekurangan, masih ada sisi lain yang melengkapi. Sehingga dari total nilai terpilihlah satu pemenang yaitu Cordova.

“Cordova bisa menutupi kekurangan dari bau dagingnya itu. Kalau penilaian dari baunya saja, semua peserta nggak ada yang menang. Bagusnya Cordova ini, pertama dia ngumpulin paling tepat waktu. Untuk rasa, sebenarnya kalau aku makan dagingnya saja itu keasinan. Cuma ketika dikasih nasi atau lontong, dia balance. Dia ngerti, hidangannya ini nggak bisa sendiri. Akhirnya dia buat nasi yang mana nasinya itu dikombinasikan lagi. Bukan sekedar nasi. Nasinya itu dimasak dengan bunga telang dan bumbu-bumbu juga. Akhirnya kita nggak sedih dengan rasa yang seperti itu. Terus dia juga kasih minuman, kasih acar penetralisir rasa. Hebatnya disitu, makanya dia bisa jadi juara,” jelasnya,” terangnya setelah menyicipi seluruh hidangan.

Reporter: Nusaibah Masyfu’ah

Editor: Rima Hasna Fariha

Read more
Logo FPIB Kecil Web

FPIB (Forum Pelajar Indonesia Bu’uts) merupakan forum sosial yang mewadahi seluruh pelajar Indonesia yang terdaftar di Madinatul Bu’uts Al Islamiyyah.

FPIB © All rights reserved

Kategori

  • News
  • Info

Info

  • Ijroat Adventure Minhah Dakhili
  • Ijroat Adventure Minhah Khoriji
  • Taqdim Minhah

Tentang Kami

  • About FPIB
  • Kontak